Mengenal Gejala Keguguran dan Penyebabnya
Keguguran adalah keadaan ketika berhentinya kehamilan sebelum embrio atau janin cukup berkembang untuk bertahan hidup.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Keguguran atau disebut juga dengan spontaneous abortion adalah keadaan ketika berhentinya kehamilan sebelum embrio atau janin cukup berkembang untuk bertahan hidup.
Biasanya, keguguran terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan, sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.
Jumlah keguguran yang sangat kecil disebut lahir mati, dan terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu.
Sebagian besar kasus keguguran terjadi pada awal kehamilan, terkadang bahkan sebelum wanita mengetahui bila dirinya hamil.
Tanda atau gejala keguguran yang dialami ibu hamil bisa berbeda-beda, tergantung pada jenisnya.
Baca juga: Hamil Anak Kedua, Aurel Hermansyah Akui Sempat Takut karena Ingat Pernah Keguguran
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing jenis keguguran dan gejalanya:
1. Keguguran yang tidak bisa dihindari (abortus insipiens)
Abortus insipiens, ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan pembukaan jalan lahir.
Meski begitu, janin yang luruh belum keluar dari rahim.
2. Keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit)
Abortus inkomplit, ditandai dengan perdarahan berat pada vagina, kram hebat, disertai dengan keluarnya plasenta atau janin yang luruh.
Pada keguguran jenis ini, sebagian jaringan atau plasenta masih ada yang tertinggal di rahim.
3. Keguguran lengkap (Abortus komplit)
Sesuai namanya, keguguran ini ditandai dengan semua jaringan atau janin yang luruh keluar dari rahim.
Setelah mengalami keguguran lengkap, rasa nyeri dan perdarahan yang terjadi akan berkurang secara signifikan.
4. Keguguran yang terlewatkan (missed abortion)
Berbeda dari jenis lain, missed abortion terjadi karena janin tidak berkembang atau kehamilan kosong (blighted ovum).
Missed abortion tidak menimbulkan gejala seperti keguguran pada umumnya sehingga ibu yang mengalaminya sering tidak sadar bahwa dirinya hamil.
5. Keguguran berulang (recurrent abortion)
Keguguran berulang terjadi ketika ibu hamil mengalami dua kali atau lebih keguguran secara berturut-turut.
Penyebabnya yang paling sering adalah kelainan genetik pada ibu, contohnya sindrom antifosfolipid.
Baca juga: Cerita Perjalanan Hijrah, Aryani Fitriana Akui Hamil Pasca-keguguran Tak Lama Setelah Berhijab
Penyebab Keguguran
Penyebab keguguran yang paling umum adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal, atau bahkan terjadi kehamilan kosong (blighted ovum).
Kelainan kromoson tersebut bisa terjadi tanpa diduga, atau karena kelainan genetikyang diturunkan dari orang tua.
Masalah pada plasenta juga bisa menyebabkan keguguran.
Selain itu, ada faktor - faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, antara lain:
- Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV, gonore, atau sepsis
- Penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom antifosfolipid
- Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal
- Gangguan hormon, seperti penyakit tiroid atau PCOS
- Kelainan pada bentuk rahim atau leher rahim
- Penggunaan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid, methotrexate, dan retinoid
- Hamil di usia lebih dari 35 tahun
- Riwayat keguguran lebih dari 2 kali
- Pola hidup tidak sehat, seperti kecanduan alkohol, merokok, atau Penyalahgunaan NAPZA
- Kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan (obesitas)
- Paparan zat beracun dan radiasi tingkat tinggi
(Tribunnews.com, Widya)