Pakar Politik: Secara Semiotika Pidato Jokowi Saat Musra Mengarah ke Ganjar
Karyono Wibowo menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut secara eksplisit, implisit dan semiotika mengarah ke Ganjar Pranowo.
Editor: Johnson Simanjuntak
![Pakar Politik: Secara Semiotika Pidato Jokowi Saat Musra Mengarah ke Ganjar](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/karyono-wibowo-678.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pidato acara puncak Musyawarah Rakyat (Musra) menyampaikan bahwa saat ini Indonesia butuh sosok pemimpin yang kuat, berani, antikorupsi, bisa merawat demokrasi, memahami kebutuhan rakyat, dan mengerti bagaimana memaksimalkan potensi untuk kemajuan bangsa.
Karena itu, Jokowi mengajak masyarakat memilih sosok yang tepat untuk memimpin NKRI.
Terkait hal tersebut, Pengamat Politik Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut secara eksplisit, implisit dan semiotika mengarah ke Ganjar Pranowo.
Karena selama ini, publik memahami Ganjar sebagai pribadi yang dekat dengan masyarakat.
Menurut Karyono, saat berpidato Jokowi memang tidak eksplisit menyebut nama calon pemimpin yang dia maksudkan.
Karenanya pernyataan tersebut bisa dimaknai berlaku untuk siapapun calon presiden yang ingin maju di kontestasi Pilpres 2024.
"Dalam perspektif semiotika, bisa saja pernyataan Jokowi mengarah pada sosok Ganjar Pranowo. Salah satu indikatornya misalnya, dari hasil beberapa lembaga survei menunjukkan Ganjar dipersepsikan merakyat," kata Karyono kepada wartawan, Selasa (16/5/2023).
Hasil survei SMRC, Mei 2023 diketahui hasilnya bakal calon presiden 2024 dari PDIP Ganjar Pranowo dinilai unggul dari segi kejujuran dan perhatian kepada rakyat.
Bagi pemilih dua sifat itu penting harus dimiliki pemimpin yang akan maju sebagai calon presiden.
Baca juga: Soal Capres Pemberani Disebut Jokowi saat Musra, Pengamat: Tidak Bisa Menjurus Satu Tokoh
"Hasil survei tersebut berkorelasi dengan kriteria yang disampaikan Presiden Joko Widodo," ujar Karyono.
Karyono melanjutkan, pernyataan Jokowi tersebut lebih menekankan pada prinsip dan kriteria seorang pemimpin yang harus peduli nasib rakyat, pemimpin yang tidak hanya duduk di belakang meja tapi yang turun ke bawah untuk memahami permasalahan konkret yang rakyat hadapi.
Pemimpin yang memahami berbagai tantangan bangsa, pemimpin yang berani membela rakyatnya, pemimpin yang mampu membawa kemajuan bangsa dan negara.
"Jokowi mengimbau jangan menjadi pemimpin yang elitis, tetapi jadilah pemimpin yang menyatu dengan rakyat," ujar Karyono.(Willy Widianto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.