Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Survei Setara Institute: 83,3 Persen Siswa SMA Anggap Ideologi Pancasila Dapat Diubah

56,3 persen siswa SMA setuju bahwa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus menerapkan syariat Islam.

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Survei Setara Institute: 83,3 Persen Siswa SMA Anggap Ideologi Pancasila Dapat Diubah
Ibriza
Hasil survei SETARA Institute menemukan, tingginya angka siswa SMA setuju bahwa ideologi Pancasila merupakan sesuatu yang bisa diubah. 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS COM, JAKARTA - Hasil survei SETARA Institute menemukan, tingginya angka siswa SMA setuju bahwa ideologi Pancasila merupakan sesuatu yang bisa diubah.

Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasani, saat memaparkan hasil survei pihaknya terkait Toleransi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (17/5/2023).

Halili awalnya mengatakan, 56,3 persen siswa SMA setuju bahwa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus menerapkan syariat Islam sebagai landasan negara.

Baca juga: Soal Penolakan Israel, Ganjar Bicara Hitung-hitungan Elektoral dan Ideologi

"Temuan terkait syariat Islam sebagai landasan bernegara, juga didukung oleh 56,3 persen responden," kata Halili, di Jakarta, Rabu ini.

Menurutnya, temuan tersebut mendukung persepsi para siswa SMA yang setuju, bahwa Pancasila bukan merupakan ideologi permanen atau dalam kata lain masih dapat diubah.

"Oleh karenanya, dukungan terhadap persepsi bahwa Pancasila sebagai bukan ideologi permanen, artinya bisa diganti, juga sangat besar, yakni 83,3 persen," ucapnya.

Berita Rekomendasi

Dalam kesempatan yang sama, Halili menuturkan, pembahasan terkait Pancasila sebagai ideologi negara mestinya sudah selesai pada sisi nation building (membangun negara).

"Rupanya tinggi sekali mereka yang menganggap Pancasila itu sesuatu yang bisa diubah," kata Halili.

Menurutnya, dalam hal toleransi siswa SMA itu, temuan ini merupakan fenomena minor yang perlu menjadi kecemasan publik.

"Tentu secara akademik ada banyak perdebatan yang dimungkinkan dari isu ini. Dalam kerangka toleransi tentu ini fenomena minor yang mesti kita cemaskan," ucap Halili.

Sebagai informasi, surveu ini dilakukan SETARA Institute secara face to face interview di lima kota. Yakni, Bandung, Bogor, Surabaya, Surakarta, dan Padang.

Survei yang dilakukan pada Januari-Maret 2023 ini menggunakan metode Purposive sampling untuk menentukan sekolah-sekolah yang dituju.

Selanjutnya, surveyor mengambil sampling dengan metode simple random sampling untuk menetapkan siswa SMA sebagai responden.

Adapun jumlah sampel sebanyak 947, dengan mengambil margin of error 3,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas