Kisah Lettu Agus Prayogo, Atlet Marathon yang Sulap Cuaca Panas Jadi Medali Emas di SEA Games 2023
Lettu Agus Prayogo, atlet TNI AD peraih medali emas di cabang olahraga atletik marathon 42 kilometer dalam SEA Games 2023 menceritakan perjuangannya.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lettu Inf Agus Prayogo merupakan atlet TNI Angkatan Darat (AD) peraih medali emas di cabang olahraga atletik marathon 42 kilometer dalam SEA Games 2023 Kamboja.
Agus merupaka satu dari 22 personel TNI AD yang menjadi kontingen Indonesia dalam perhelatan olahraga bergengsi tersebut.
Ia menceritakan, satu di antara sejumlah faktor yang membuatnya berhasil meraih medali emas adalah cuaca.
Hal tersebut disampaikannya usai menerima pengharaan dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Markas Besar TNI AD Jakarta Pusat pada Rabu (24/5/2023).
"Kebetulan kemarin di Kamboja, waktu hari H, cuaca cukup ekstrem di mana kita start marathon lari di 27 derajat, kemudian cuaca tertinggi karena kita lari dengan jarak 42 kilometer suhu tertinggi 40 derajat (celcius)," kata Agus.
Ia mengatakan, dalam ajang tersebut terdapat sejumlah atlet unggulan yang menjadi saingannya.
Baca juga: KSAD Berikan Uang, Motor, Hingga Cuti 2 Minggu untuk Atlet TNI AD Peraih Medali di SEA Games Kamboja
Satu di antaranya, kata Agus, adalah juara SEA Games tahun sebelumnya.
Selain itu, kata dia, ada pelari naturalisasi yang berlatih di London.
"Mereka tidak finish karena cuaca yang cukup ekstrem. Di situ saya diuntungkan oleh cuaca yang cukup ekstrem sehingga saya bisa menyumbangkan medali emas untuk Indonesia," kata Agus.
Ia mengatakan selama ini sehari-hari memang berlatih di Bandung dengan suhu cuaca sekira 22 derajat celcius.
Baca juga: Respons Menpora Soal Bonus Atlet Peraih Medali SEA Games 2023: Sebentar Lagi
Namun demikian, lanjut dia, ia juga sering melakukan long run (lari jarak jauh) di Jakarta yang memiliki suhu sampai 32 derajat celcius.
"Yang lebih menguntungkan lagi saya H-1 minggu sudah berada di kota tempat marathon akan dilaksanakan. Sehingga saya datang langsung aklimatisasi menyesuaikan keadaan cuaca di sana," kata dia.
Bagi Agus, tantangan terberat di nomor lari marathon 42 kilometer tersebut adalah water station atau tempat disediakannya air minum bagi para atlet.
Jarak yang cukup jauh ditambah cuaca panas, kata dia, bahkan membuat sejumlah atlet dehidrasi.
Namun demikian, ia berhasil mengubah tantangan tersebut menjadi keuntungan.
"Saya diuntungkan karena cuaca panas, saya biasa latihan di Jakarta sehingga itu tidak menjadi halangan buat saya," kata Agus.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.