Ramai Soal Perbandingan Pengobatan Luar Negeri Dibandingkan Indonesia, Begini Tanggapan Kemenkes
Juru Bicara (Jubir) Kemenkes dr. Mohammad Syahril pun beri tanggapan kenapa masyarakat lebih pilih pengobatan luar negeri dibandingkan di tanah air.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Malvyandie Haryadi
![Ramai Soal Perbandingan Pengobatan Luar Negeri Dibandingkan Indonesia, Begini Tanggapan Kemenkes](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/juru-bicara-kemevvg.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lagi, ramai jadi perbincangan terkait perbandingan pengobatan luar negeri dengan tanah air.
Hal ini bermula cuitan yang viral di Twitter perihal perbandingan penanganan medis di Indonesia dan Malaysia.
Salah seorang warganet menceritakan telah mendengar pengalaman pasien yang divonis harus mengganti tempurung lutut dengan biaya sekitar Rp 150 juta.
“Baru denger cerita pengalaman pasien yang divonis 15 dokter harus ganti tempurung lutut (±150jt),” kata @savi*****. Setelah vonis dari 15 dokter dengan biaya yang cukup besar, pasien itu akhirnya mengambil pilihan ke dua dengan berobat ke Penang, Malaysia.
Di sana, dia tidak perlu melakukan operasi dan biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Tanggapan Kementerian Kesehatan kenapa masyarakat pilih pengobatan luar negeri
Juru Bicara (Jubir) Kemenkes dr. Mohammad Syahril pun beri tanggapan kenapa masyarakat lebih pilih pengobatan luar negeri dibandingkan di tanah air.
Menurutnya berobat ke luar negeri sebenarnya merupakan pilihan dan keyakinan, terutama bagi kelompok yang mampu.
"Tapi secara keseluruhan karena dia punya pilihan dan kemampuan membayar. Suatu kepercayaan dan kepuasan," ungkapnya pada media briefing di Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Baca juga: Belasan Kambing Mati Mendadak di Lampung Tengah, Diduga Terserang Penyakit Mulut dan Kuku
Dalam hal ini, ada sifatnya yang kasuistik atau berlaku pada peristiwa tertentu.
Namun, ada beberapa penyakit yang memang ahlinya berada di negara tertentu.
"Tapi banyak juga kasus, banyak yang muter-muter (di luar negeri) balik lagi (ke Indonesia). Contohnya kasus TBC, ada orang ke luar negeri (dibilang dokternya), sudah kembali saja ke Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut Syahril mengatakan jika memang sebagian disebabkan karena gaya hidup.
"Nah memang sebagian mereka itu satu gaya hidup. Wah, kalau gak keluar negeri gak mantap. Lalu emang ada bisik-bisik tetangga, atau mendapatkan informasi.
Tapi secara keseluruhan itu adalah totalitas," tuturnya.
Totalitas bukan dari segi mendapatkan pengobatan saja, tapi dari pelayanan, perawatan, administrasi dan sebagainya.
"Sehingga merasa mudah, cepat, kemudian memuaskan, itu yang mereka beli sebetulnya. Bukan hanya satu, tapi totalitas," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.