Penting Buat Keanekaragaman Hayati, Pemerintah Komitmen Restorasi Ekosistem Gambut dan Mangrove
Agus menerangkan dalam beberapa kasus BRGM punya opsi pemulihan ekosistem di kawasan konservasi seperti taman nasional, suaka margasatwa
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gambut dan mangrove jadi ekosistem penting karena menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati. Namun kedua ekosistem ini alami degradasi di mana luas ekosistem gambut 13,4 juta hektare dan ekosistem mangrove 3,36 juta hektare di seluruh Indonesia.
Lewat Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), pemerintah berkomitmen melaksanakan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.
Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi BRGM, Agus Yasin mengatakan pihaknya menerapkan 3R dalam restorasi gambut, yakni Rewetting, revegetation, dan revitalization of livelihood. Sementara restorasi ekosistem mangrove, menerapkan pendekatan 3M, yakni Memulihkan, Meningkatkan, dan Mempertahankan.
Agus menerangkan berdasarkan hasil analisis BRGM, kerusakan ekosistem gambut dan mangrove terjadi di Areal Penggunaan Lain (APL) ataupun di dalam kawasan hutan, di mana pada lokasi ekosistem yang terdegradasi tidak memiliki keanekaragaman hayati tinggi atau kelimpahan spesies yang cukup sehingga tidak terlalu berkaitan dengan biodiversity.
Baca juga: Menteri LHK: Pengelolaan Ekosistem Gambut di Indonesia Telah Diakui Dunia
BRGM bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah daerah, dan sektor swasta telah melakukan upaya-upaya pemulihan atas ekosistem gambut dan mangrove sebagai upaya pemenuhan target NDC.
Hal ini disampaikan Agus dalam forum Indonesia Forest Forum bertajuk 'Peran Gambut dan Mangrove dalam Mempertahankan Keanekaragaman Hayati di Indonesia Menuju ENDC', Selasa (6/6/2023).
"Tentunya dengan areal yang sangat luas ini sudah banyak pemanfaatan-pemanfaatan baik di gambut maupun di mangrove. Jadi tantangannya adalah ketika kita ingin melakukan restorasi, tapi sebagian sudah ada pemanfaatan, sehingga kita harus mencari jalan tengah antara untuk restorasi maupun untuk pemanfaatan," kata Agus.
Agus menerangkan dalam beberapa kasus BRGM punya opsi pemulihan ekosistem di kawasan konservasi seperti taman nasional, suaka margasatwa. Misalnya, pada Taman Margasatwa Padang Sugihan di Banyuasin, Sumatera Selatan. Saat BRGM melakukan pemulihan ekosistem gambut, terjadi pergeseran habitat gajah.
"Tadinya habitat gajah ada di utara namun setelah dilakukan restorasi gambut home range mulai sampai ke selatan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Senior Program Director Yayasan Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan menjelaskan pentingnya ekosistem gambut dan mangrove yang punya keunikan dari sisi fungsi termasuk fungsi dari habitat keanekaragaman hayati atau spesies sangat penting.
"Kita tahu kalau di ekosistem gambut banyak spesies penting yang critically endangered seperti orangutan, harimau sumatera, dan gajah," katanya.
Pakar Lingkungan Hidup Emil Salim, menyampaikan Indonesia memiliki ekosistem yang berbeda-beda yang perlu dipertahankan keasliannya. Ia pun menyerukan perlindungan gambut dan mangrove sebagai prioritas karena punya fungsi lain yakni penyerap dan penyimpan karbon yang berkontribusi signifikan dalam mitigasi perubahan iklim.
"Maka ekosistem yang ada harus dipertahankan keasliannya. Bukan ekosistem Kalimantan diubah menjadi ekosistem Jawa," kata eks Menteri Lingkungan Hidup ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.