TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris melakukan kunjungan ke kelurahan Taman Sari, Jakarta Barat dalam rangka Sinergi Edukasi Obat dan Makanan Bersama Mitra BPOM Bersama Mitra BPOM Charles Honoris Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.

Turut hadir Anggota DPRD DKI Jakarta dr. Stephanie Octavia, Lurah Taman Sari Abdul Malik, Kepala Biro Hukum & Organisasi BPOM Regi Perdana, dan tokoh masyarakat Ibu King.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris Dialog dengan Warga Jakarta Terkait Pelayanan Kesehatan

Dalam kesempatannya, Charles Honoris mengatakan pentingnya  menjaga kesehatan karena banyak bahan makanan yang dijual di pasar ternyata mengandung bahan berbahaya.

"Kita sampling secara random barang-barang yang dijual di pasar. Kita ambil kita bawa ke mobil yang melakukan pengetesan. Ada bakmi, kerupuk, cendol dan ternyata tidak sedikit bahan-bahan makanan mengandung bahan berbahaya" Kata Charles Honoris, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Kamis (8/6/2023).

Kegiatan ini dilakukan untuk mengedukasi warga Taman Sari agar peduli dengan makanan yang baik serta mengenalkan aplikasi BPOM bernama Cek KLIK agar terhindar dari makanan berbahaya.

Baca juga: Kemendag Dorong Ekspor Produk Makanan Sehat dan Organik ke Kanada Lewat Pameran Dagang

Charles Honoris juga menjelaskan tentang visi Presiden RI Joko Widodo untuk Indonesia Emas 2045 yang bebas dari stunting.

"Bapak Presiden sudah mempunyai visi Indonesia Emas 2045, bagaimana Indonesia bisa menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia. Tidak ada lagi warga miskin, tidak ada lagi stunting, dan tentunya ini tidak bisa tercapai kalau kita tidak bergotong royong bersama."

BPOM pun juga menganjurkan kepada warga agar lebih peduli saat membeli bahan makanan.

"Sebelum mengkonsumi dan membeli obat tradisional mulai biasakan cek kemasan, cek label, cek izin edar, dan cek kadaluarsa" kata salah satu Anggota BPOM saat menjelaskan pentingnya peduli terhadap bahan makanan.

Program sosialisasi dan diskusi BPOM bersama Charles Honoris ini tepat dilakukan karena banyak masyarakat yang masih belum memahami tentang zat berbahaya di dalam olahan pangan yang akan dikonsumsi.