Bicara Korupsi di Indonesia, Mahfud MD Singgung Jumlah Koruptor Hingga Penelitian Soal Mati Suri
Mahfud MD menyampaikan sebuah orasi tentang korupsi dalam Dies Natalies Ke-54 Universitas Malikussaleh yang ditayangkan di kanal Youtube Unimal TV.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan sebuah orasi tentang korupsi dalam Dies Natalies Ke-54 Universitas Malikussaleh yang ditayangkan di kanal Youtube Unimal TV dan Kemenko Polhukam RI, Senin (12/6/2023).
Ia membuka orasinya dengan pernyataan bahwa Indonesia sekarang ini sedang dilanda penyakit yang sangat berbahaya yaitu penyakit korupsi.
Dalam sebuah potongan orasinya, Mahfud MD menyampaikan sebuah data terkait jumlah koruptor di Indonesia.
"Berapa jumlah koruptor di Indonesia? 1.200 orang. Jadi banyak kejahatan, jumlah koruptornya itu 1.200. Dan 87 persen itu artinya 1.044 orang koruptor itu adalah sarjana. 17 juta 600 lebih, yang koruptor hanya 1.044. Berarti itu 0,00006. Satu persen saja masih pecah lagi," kata Mahfud.
Mahfud kemudian menceritakan penelitian terkait pengalaman mati suri atau near death experience yang dilakukan filsuf sekaligus pskiater Amerika Serikat Raymond A Moody Jr.
Baca juga: Mahfud MD Persilakan Jusuf Hamka Tagih Utang Pemerintah Rp 800 Miliar ke Kementerian Keuangan
Ia menjelaskan penelitian yang dilakukan Moody dilakukan untuk mengetahui apa yang dialami orang yang mengalami mati suri.
Salah satu pengalaman yang digaris bawahi Mahfud adalah mereka yang mengalami mati suri akan merasakan berada di suatu tempat di mana mereka bisa melihat seluruh amal perbuatannya.
Mahfud lantas mengaitkannya dengan korupsi dan suatu kutipan berbahasa Arab yang menyatakan bahwa setelah wafat, orang tidak akan bisa berbohong.
"Pada hari itu di satu tempat itu, mulutmu dikunci tapi tanganmu menunjukkan bahwa kamu korupsi. Tidak bisa bilang, Pak saya tidak korupsi. Itu kan bilang begitu ke KPK. Kalau di alam yang jelas tadi tidak bisa. Mulutmu dikunci tapi tanganmy menunjukkan bahwa kamu korupsi. Kamu tanda tangan di bawah meja pelan-pelan," kata Mahfud diiringi riuh tepuk tangan hadirin.
Baca juga: Tim Pokja Sektor Perundang-Undangan Bentukan Mahfud MD Sepakat Pakai Paradigma Partisipasi Publik
"Oh iya itu saya yang menyolek-nyolek. Itu tangannya yang bicara. Kaki juga, iya saya yang berjalan ke sana itu, untuk mengambil uang di pojokan situ, diletakkan, saya suruh tukang, saya yang berjalan kata kakinya, ambil begitu," sambung dia.
Mahfud lantas mengatakan bahwa pengembangan ilmu di universitas harus dilandaskan tidak hanya pada hal yang sangat rasional.
Namun juga, kata dia, pada hal di luar itu yakni iman.
"Pengembangan ilmu di universitas ini harus dilandaskan pada ini, satu, kita kembangkan yang sangat rasional semuanya terima, metodologi ilmu kita terima tapi sisakan sebagian yang cukup kuat di hati kita bahwa tidak semua yang benar itu harus rasional. Di situ ada iman, ada intervensi wahyu. Bahkan kalau kita lihat itu ketika diintervensi wahyu itu kan," kata Mahfud.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.