AM Putut Prabantoro Bicara Soal 3 Kriteria yang Dibutuhkan Pemimpin Indonesia 2045
Waktu yang tersisa untuk menuju tahun emas Indonesia 2045 tidaklah banyak, butuh pemimpin nasional yang mampu bawa Indonesia hadapi tantangan global.
Editor: Theresia Felisiani
Pada tahun 2045, dunia akan menghadapi wujud nyata dari perubahan tata nilai dan budaya yang terwujud pada tata kehidupan manusia dan ini bukan urusan agama ataupun keyakinan.
“Perang Rusia dan Ukraina akan memicu ketegangan di Kawasan konflik di tempat lain seperti misalnya ketegangan antara China dan Taiwan, Laut China Selatan dll. Ketegangan-ketegangan ini mengubah geopolitik dunia dan Indonesia harus memainkan peranan strategisnya yang sangat ditentukan oleh para pemimpinnya di masa datang.” Tegas Putut Prabantoro.
Pencarian keseimbangan kekuatan di bidang ekonomi memicu perang ekonomi antara kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) dan kekuatan Amerika-Uni Eropa. Perang ekonomi ini akan mengubah tantanan ekonomi dunia secara cepat dan sangat berdampak juga pada Indonesia.
Suka tidak suka Indonesia akan didorong untuk membuat keputusan strategis dalam menentukan masa depannya.
Baca juga: PMKRI Pontianak Minta Dirjen Bimas Katolik Cabut Surat Pembekuan SMA Katolik di Kalbar
Oleh karena itu, para anggota PMKRI dan mahasiswa sekarang pada umumnya tidak membekali diri dengan kecerdasan, kepribadian (karakter) dan kemampuan membaca tanda-tanda jaman (visioner), masa depan Indonesia terancam. Karena para mahasiswa sekarang ini, 22 tahun lagi akan menjadi pemimpin bangsa dan negara.
"Masa depan Indonesia ditentukan hari ini dan pilarnya adalah mereka yang sekarang menjadi mahasiswa. Menjadi cerdas diawali dengan membaca, belajar dengan serius, membangun jejaring, menjadi manusia yang extraordinary, berpikiran out of the box, dan mampu membaca tanda jaman adalah factor penentu terwujudnya pemimpin masa depan,” tegas Putut Prabantoro.
Diurai lebih lanjut, berkarakter atau berkepribadian harus diawali dengan memperbaiki serta memperkokoh mental dan serta mindset baru, disiplin, pegang komitmen dan menolak untuk diadu domba.
Itu merupakan kelemahan bangsa Indonesia yang telah diungkapkan Prof Koentjaraningrat dan Muchtar Lubis hampir 40 tahun lalu. Bagi bangsa Indonesia, memiliki kepribadian berarti juga menempatkan Pancasila sebagai senjata dan sekaligus perisai dalam mengatasi semua tantangan atau ancaman yang ada.