Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Tidak Ingin Puncak Bonus Demografi Malah Jadi Bencana

Jokowi meminta jajarannya mengoptimalkan puncak bonus demografi pada 2030 mendatang karena jika tak dikelola dengan baik bisa jadi bencana.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Jokowi Tidak Ingin Puncak Bonus Demografi Malah Jadi Bencana
Foto: Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan pada kegiatan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 di Jakarta Theater, Kamis (15/6/2023). Jokowi meminta jajarannya mengoptimalkan puncak bonus demografi pada 2030 mendatang karena jika tak dikelola dengan baik bisa jadi bencana. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk mengoptimalkan puncak bonus demografi pada 2030 mendatang.

Menurut Presiden bila puncak bonus demografi tidak dikelola dengan baik, maka bisa menjadi bencana.

"Ini bisa menjadi peluang tapi ini juga bisa menjadi sebuah bencana, kalau kita tidak bisa mengelolanya," kata Jokowi saat Peluncuran Indonesia Emas 2045, di Jakarta Theater, Kamis, (15/6/2023).

Jokowi mencontohkan adanya negara yang sedang mengalami puncak bonus demografi, justru minim lapangan kerja.

Lulusan S2 yang seharusnya bisa menjadi guru malah menjadi tukang sapu.

"Saya lihat, saya baca di berita, ini di negara yang lain saking sulitnya mencari kerja lulusan S2 yang seharusnya bisa menjadi guru saat ini menjadi tukang sapu, S2," kata Jokowi.

Ada juga negara di Afrika yang pada 2015 mengalami puncak bonus demografi, justru dalam 7 tahun jumlah penganggurannya meningkat menjadi 33,6 persen.

Berita Rekomendasi

"Saya tidak usah sebut negaranya mana tapi saya yakin bapak ibu dan saudara tahu dan kita tidak ingin terjadi seperti itu," kata Jokowi.

Oleh karena itu kata Presiden, penting untuk kerja keras memanfaatkan peluang.  Harus ada perencanaan, visi, dan strategi besar yang taktis untuk memanfaatkan puncak bonus demografi dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

"Karena kita berhadapan dengan kompetisi, dengan negara-negara lain, nggak bisa lagi kita kayak dulu-dulu memakai istilah-istilah yang absurd (misalnya) pengembangan, apa itu pengembangan, penguatan apa itu penguatan, pemberdayaan. Harus to the point apanya, harus taktis apanya, untuk membawa kapal besar Indonesia menggapai cita-cita Indonesia emas 2045," tuturnya.

Dengan rencana, visi, dan strategi besar yang taktis ditambah keberanian dalam mengeksekusi bukan tidak mungkin pada 2045 mendatang Indonesia bisa masuk menjadi 5 negara dengan ekonomi terbesar dunia.

Baca juga: Bonus Demografi dan Penetrasi Teknologi Percepat Adopsi Web3 di Indonesia

Presiden mengatakan peluang Indonesia masuk ke dalam 5 negara dengan ekonomi terbesar di dunia sangat terbuka. Berdasarkan hasil itungan Bappenas, McKinsey, IMF, dan World Bank menurut Presiden kalkukasinya hampir mirip meskipun tantangannya tidak mudah.

"Goss national income (GNI) di tahun ini kita sudah mencapai angka 5000 lebih sedikit,  5030 US Dollar di tahun 2023. 
Perkiraan kita di tahun Indonesia emas 2045 itu berada di angka kira-kira 23.000 sampai 30.300 US Dollar perkapita. Itu lompatannya," tuturnya.

Selain itu angka kemiskinan yang kini 9,57 persen pada 2045 mendatang diprediksi berada pada angka 0,5 sampai 0,8 persen.

"Tapi bukan hal yang mudah, bukan hal yang gampang," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas