BMKG Ingatkan Indonesia Bakal Terdampak El Nino Tahun Ini, Terancam Alami Kekeringan
BMKG mengungkapkan wilayah di Indonesia bakal menghadapi fenomena El Nino pada tahun ini.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Bidang Analisis Variabilitas BMKG, Supari mengungkapkan wilayah di Indonesia bakal menghadapi fenomena El Nino pada tahun ini.
El Nino, kata Supari, akan menyebabkan curah hujan lebih rendah dari kondisi normal.
"Benar bahwa fenomena El Nino akan kita hadapi di Indonesia pada tahun ini," ujar Supari dalam webinar Polemik Trijaya, Sabtu (24/6/2023).
"Dampaknya terhadap Indonesia, sudah banyak kajian-kajian ilmiah termasuk dari BMKG yang menunjukkan bahwa pada tahun-tahun El Nino maka akan terjadi pengurangan jumlah curah hujan di Indonesia. Terutama sekali ketika bersamaan dengan musim kemarau. Jadi puncak dampak El Nino itu di musim kemarau," tambah Supari.
Menurut prakiraan BMKG, dampak El Nino yang harus diwaspadai adalah pada bulan Agustus, September, Oktober.
Baca juga: Fenomena El Nino Terjadi di Jawa Tengah, Ini Langkah Ganjar Pranowo
Pada tiga bulan ini, Supari mengungkapkan banyaK daerah yang mengalami curah hujan di bawah normal.
"Artinya curah hujannya lebih rendah daripada biasanya yaitu terutama di Sumatera bagian tengah ke selatan, kemudian Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Itu daerah yang mengalami curah hujan di bawah normal dan itu yang perlu diwaspadai," jelas Supari.
Supari mengungkapkan El Nino terjadi secara global dan tidak hanya dirasakan oleh Indonesia.
Meski begitu dampak dari El Nino bisa berbeda saat terjadi pada negara lain.
"Misalnya kalau di kita itu berkurang curah hujan tapi kalau di Amerika justru bertambah curah hujan," tutur Supari.
Menurut Supari, El Nino merupakan fenomena yang berulang berkisar antara 2 sampai 7 tahun.
Paling cepat terjadi dalam dua tahun sekali terjadi, sementara paling lama jaraknya 7 tahun terakhir.
"El Nino terakhir yang kita rasakan itu di 2018 sampai 2019 awal. Itu kita mengalami El Nino yang skalanya lemah tapi kalau kuat yang terakhir itu 2015. Jadi kita merasakan 2015 itu yang kuat," pungkas Supari.