SBY Rilis Buku Cawe-cawe Jokowi, PPP Sebut Ada Tendensi Politik
Awiek mengatakan PPP menghargai karya intelektual Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PPP Achmad Baidowi alias Awiek merespons perihal presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merilis buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi.
Awiek mengatakan PPP menghargai karya intelektual Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut.
"Nah persoalan apakah isi bukunya itu istimewa, saya kira sama aja. Namanya karya pemikiran seseorang, termasuk Anda semua ini, yang berkarya itu sama statusnya," kata Awiek di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/8/2023).
Namun, dia menuturkan karya SBY itu diasumsikan publik sebagai tendensi politik lantaran ditulis menjelang Pemilu 2024.
"Cuman karena ini ditulis oleh seorang tokoh politik, isinya tentang politik, menghadapi tahun politik, maka ya kembali lagi, publik berasumsi bahwa ini ada tendensi politik," ujar Awiek.
Baca juga: SBY soal PK Moeldoko: Yakini Jokowi Tak Tahu-Menahu hingga Percaya MA Masih Jadi Benteng Kebenaran
Awiek menyebut sebuah karya ilmiah atau teori tak harus diikuti dan pesannya tergantung para pembaca.
"Nah sama, saya kira memposisikan buku Pak SBY seperti itu. Sebagai sebuah karya ilmiah, karya intelektual lah. Kalau ilmiah kan harus ada rujukan-rujukannya," ucap Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI ini.
Diberitakan sebelumnya, Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan buku terbarunya.
Buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong, itu memiliki ketebalan sebanyak 27 halaman dengan cover berwarna merah hitam.
Buku yang turut bisa dibaca oleh publik melalui versi digital ini berisikan tentang fokus SBY terhadap pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) sekaligus Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan, ini sejatinya disampaikan khusus untuk jajaran kepemimpinan dan kader Partai Demokrat di seluruh tanah air.
"Jadi, tulisan ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman para pimpinan dan kader Demokrat mengenai situasi terkini terkait Pilpres 2024 dan cawe-cawe Presiden Jokowi," kata Herzaky dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/6/2023).
Lebih lanjut, Herzaky menyatakan, buku ini diyakini memiliki manfaat bagi para kader Demokrat dan masyarakat dalam menjaga demokrasi Indonesia agar bisa semakin bergerak maju.
Tribunnews sudah melihat isi buku yang ditulis langsung oleh SBY ini. Dimana, dari buku tersebut terdapat lima poin yang dijadikan fokus oleh SBY.
Pertama, terkait dengan cawe-cawe yang diakui oleh pihak istana atau bahkan Presiden RI Jokowi dalam Pilpres 2024.
Kedua, Presiden Jokowi dinyatakan hanya menghendaki dua pasang calon presiden dan wakil presiden untuk Pilpres 2024 mendatang.
Ketiga, SBY menyebut dalam bukunya kalau Presiden Jokowi tidak suka dengan upaya Anies Baswedan maju sebagai calon presiden.
Keempat, SBY menyatakan kalau Presiden Jokowi memberikan endorsement kepada sejumlah tokoh untuk menjadi capres atau cawapres.
Kelima, dalam buku tersebut SBY menyatakan, Presiden Jokowi merupakan penentu siapa sosok pasangan capres-cawapres yang harus diusung oleh partai politik, informasi tersebut didapat SBY dari para pimpinan partai politik.
Buku ini sendiri sudah dibedah oleh para kader Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat pada Senin (26/6/2023) siang tadi.
Acara itu sendiri diikuti oleh Pengurus Pleno DPP Partai Demokrat dan dibuka atau diresmikan oleh Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya.
Dalam sambutannya, Teuku Riefky mengatakan, tulisan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut ibarat penerang dalam redupnya demokrasi di negeri ini.
"Bagi kita (kader Demokrat), buku ini menjadi obat penawar rindu akan pandangan dan gagasan besar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Insya Allah momentum ini bisa untuk kita resapi, agar kita bisa menjadi ujung tombak perjuangan partai," ungkap Teuku Riefky Harsya.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng yang menyebut kalau buku tersebut dibuat SBY karena mantan Presiden RI itu disebut tergelitik dengan fenomena akhir-akhir ini.
"Isu tentang cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres 2024 nanti, bisa kita jadikan pelajaran. Apa batas-batas kekuasaan itu, sehingga tidak membuat kekuasaan itu menjadi ilegal," ulasnya.
Sebab menurut Andi Mallarangeng, pemimpin negara demokratis itu harus tahu batasannya.
Apa lagi dalam UUD 1945, ada pasal impeachment yang bisa memberhentikan presiden.
"Boleh saja Presiden Jokowi cawe-cawe dalam Pilpres. Boleh saja Presiden Jokowi menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasang calon saja. Tetapi tidak boleh menggunakan sumber daya negara, instrumen negara, fasilitas negara untuk mendukung, memastikan misinya tercapai. Ini yang berbahaya," kata Andi.
"Buku ini mengajarkan kepada seluruh kader bagaimana cara mengelola kekuasaan itu sendiri. Jangan sampai kita melanggar batas-batasan itu dan membuat kita terjerumus," tukasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.