Anggota DPR I Made Urip Ingatkan “Pedang Bermata Dua” Dampak El Nino di Indonesia
Anggota Komisi IV DPR RI I Made Urip pun memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi dampak El Nino yang bak pedang bermata dua.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino akan mencapai puncaknya di Indonesia pada Juli ini hingga Agustus dan September 2023 mendatang.
Anggota Komisi IV DPR RI I Made Urip pun memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi dampak El Nino ini yang bak pedang bermata dua.
“Juli ini kita sudah mulai masuk puncak musim kemarau. Tentu fenomena El Nino dampaknya akan lebih gawat, seperti pedang bermata dua,” kata I Made Urip kepada wartawan yang menghubunginya dari Jakarta, Minggu (2/7/2023).
Pedang bermata dua tersebut, kata Made, ialah dampak bagi kehutanan dan pertanian, seperti kekeringan akibat penurunan curah hujan.
“Kekeringan akan menyebabkan peningkatan jumlah titik api sehingga rawan bagi timbulnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di Kalimantan dan Sumatera. Kekeringan juga akan mengakibatkan banyak lahan pertanian puso, sehingga petani berhenti berproduksi dan ketahanan pangan menjadi terancam,” jelas Made Urip yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan.
Wakil rakyat dari Bali ini lalu merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di mana hingga awal Juni 2023 telah terjadi 125 kali kebakaran hutan, meski Indonesia belum memasuki puncak musim kering.
“Pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan besar seperti yang pernah terjadi pada 2015 dan 2019, mengingat musim kering bisa berlangsung hingga dua tahun ke depan, karena dalam tiga tahun terakhir ini Indonesia berada pada periode basah akibat La Nina yang membawa awan hujan, sehingga rata-rata Indonesia tidak pernah benar-benar mengalami kekeringan atau suhu yang relatif tinggi,” paparnya.
Baca juga: Puncak El Nino Diperkirakan Agustus, Mendagri Terbitkan Instruksi Penanganan Kebakaran Hutan
Pemerintah, kata Made Urip, juga harus melakukan antisipasi dampak El Nino pada sektor pertanian.
“Terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air,” cetus anggota komisi yang membidangi masalah pertanian dan kehutanan ini.
Diketahui, El Nino merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut (SPL) di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur mengalami peningkatan signifikan melebihi kondisi normal.
Fenomena ini dapat memengaruhi iklim dan memiliki dampak yang luas terhadap pola cuaca di berbagai wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dampaknya, potensi pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik tengah, sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia.
Baca juga: BMKG Ingatkan Indonesia Bakal Terdampak El Nino Tahun Ini, Terancam Alami Kekeringan
Menurut Made Urip, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan pemerintah untuk meminimalisir dampak El Nino antara lain mengoptimalkan penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung, dan lainnya.
“Ini untuk menyimpan air di sisa musim hujan yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau,” tandasnya.