Mahfud MD: Ponpes Al-Zaytun Hasil dari Operasi Intelijen demi Pecah Gerakan NII Kartosoewirjo
Mahfud MD menyebut Ponpes Al-Zaytun merupakan hasil operasi intelijen dalam rangka untuk memecah NII Kartosoewirjo.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Pravitri Retno W
Kendati demikian, ada hierarki atau struktur yang dibentuk oleh NII dengan dipimpin oleh imam atau syekh.
Kemudian, adapula gubernur, menteri, bupati hingga camat.
Baca juga: Al Zaytun Tak Dibubarkan, Pemerintah akan Bina Santri dan Tetap Usut Kasus Panji Gumilang
Mahfud mengatakan, setelah diketahui keberadaannya, pemerintah menumpas NII di berbagai tempat.
Namun, pemikiran Kartosoewirjo dipercaya masih hidup di tengah masyarakat dan diteruskan oleh pengikut-pengikutnya.
Hal ini pun membuat pemerintah melalui operasi intelijen menggalang gerakan untuk melemahkan NII, yaitu dengan cara dipecah sehingga terwujudlah saling adu antara NII versi pemerintah versus NII Kartosoewirjo.
Adapun operasi intelijen ini dilakukan sekitar awal tahun 1970-an oleh Ali Moertopo.
"Nah, (NII) itu diketahui oleh pemerintah, sehingga pada awal tahun 1970-an, NII oleh pemerintah dipecah, diadu, yang satunya untuk melawan yang lain. Itu operasi Ali Moertopo memang gitu," katanya.
"Memang begitu dulunya, dulu ada komando jihad, ada orang dipancing unutk berkumpul lalu disuruh membuat resolusi, disuruh buat pernyataan keras."
'Ssetelah itu ditangkap lalu dicitrakan ada komando jihad yang sama dengan NII sebelumnya. Saya dengar dari sumbernya langsung," sambung Mahfud.
Mahfud pun mengungkapkan salah satu wujud NII hasil operasi intelijen dan bentukan pemerintah Orde Baru, yaitu salah satu wilayahnya adalah Komandemen 9 yang kini dikenal Al-Zaytun.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu pun mengibaratkan upaya pemerintah untuk menumpas NII dengan membentuk NII tandingan layaknya selawat Nahdlatul Ulama (NU).
"Mengadu NII dengan NII itu kalau pakai (terminologi) salawatnya orang NU itu sama dengan (makna) Selawat Asyghil. Wa asyghilid zolimin bid zolimin. NII diadu dengan NII, maka NII akan hancur sendiri, kira-kira begitu," katanya.
"Kemudian sesudah merasa nyaman dengan pemerintah, merasa aman, Panji Gumilang ini memecahkan diri."
"Menampilkan sosok Al-Zaytun yang seperti sekarang itu tetapi di balik ini, latar belakang sejarahnya dan pengikut-pengikutnya masih banyak yang ideologinya NII," imbuh Mahfud.
Baca juga: Al Zaytun Tak Dibubarkan, Pemerintah akan Bina Santri dan Tetap Usut Kasus Panji Gumilang
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.