Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tingkat Perceraian di Indonesia Naik Drastis Lebih 500 Ribu Tiap Tahun

Tingkat perceraian suami-istri akhir-akhir ini meningkat pesat lebih dari 500 ribu setiap tahun.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Tingkat Perceraian di Indonesia Naik Drastis Lebih 500 Ribu Tiap Tahun
Tribunnews/JEPRIMA
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat memberikan kata sambutan pada acara Talk Show & Penghargaan Inspirator dan penggerak cegah stunting di Studi 1 Menara Kompas, Jakarta Pusat, Senin (17/7/2023). Tribun Network bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN) menyelenggarakan Penghargaan Inspirator dan Penggerak Cegah Stunting serta juga menyelenggarakan gerakan donasi untuk mencegah stunting dengan slogan #cukupduatelur di 34 provinsi seluruh Indonesia. Slogan #cukupduatelur dimaksudkan untuk memberi asupan telur sebagai makanan yang bergizi dan kaya nutrisi pada anak risiko stunting. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingkat perceraian suami-istri akhir-akhir ini meningkat pesat, terutama saat masa-masa pandemi Covid-19 melanda  Indonesia.

Hal ini membuat Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K) ikut sedih.

"Meningkat pesat akhir-akhir ini. Sampai 2022 kami sedih, perceraian terjadi lebih 500 ribu setiap tahun," kata Hasto  pada talkshow sekaligus acara pemberian penghargaan inspirator dan penggerak cegah stunting di Studio 1 Kompas TV, Jakarta, pada Senin (17/7/2023).

Padahal pernikahan hanya terjadi 1,9 juta tiap tahunnya. 

Baca juga: Indra Bekti Tak Bisa Lupakan Kenangan Romantis dengan Aldilla Jelita, Akui Galau Saat Putuskan Cerai

Menurut Hasto, dalam hal ini peran istri atau ibu penting sekali untuk mencegah terjadinya perceraian.

 "Karena 75 persen yang minta cerai perempuan. Ini bukan berarti perempuannya yang tidak benar, berarti bapak-bapak kurang tanggung jawab sampai membuat istri tidak nyaman minta cerai," tutur Hasto lagi.

BERITA TERKAIT

Dan menurut pengamatan lebih lanjut ternyata mayoritas alasan perempuan meminta cerai karena konflik kecil-kecil yang bekerpanjangan. 

Oleh karena itu menurut Hasto hubungan antar suami istri harus dengan perasaan.

"Kalau logika debat terus. Mencari solusi dengan perasaan. Bukan cari kemenangan. Kalau mencari kemenangan dengan logika," kata Hasto menambahkan.

Sebagai contoh, ketika ada rasa ketidakcocokan dengan pasanganmaka jelaskan dengan perasaan yang lemah lembut. 

"Kalau ngomong seperti 'kamu tidak menghargai saya, kamu enak-enak di rumah, saya sudah cari uang, wah itu perang. Saya juga nyuci baju mu, semua. Itu berdebat Jadinya itu logika. Bukan perasaan," urai Hasto. 

Lebih lanjut Hasto menjelaskan alasan kedua perceraian yaitu karena faktor ekonomi. 

Ketiga meninggal salah satunya, entah itu istri atau suami. 

Barulah urutan keempat penyebab perceraian adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas