Pengamat: Politik di Indonesia Satukan Suara Pendukung dengan Ciri Khas, Bukan Isu
Isu di Indonesia sangat beragam dan buka jadi fokus utama sehingga untuk menyatukan suara pendukung ini tentu diperlukan satu hal yang autentik
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Philips J. Vermonte mengatakan untuk menyatukan suara pendukung bukan dari keseragaman isu, melainkan ciri khas.
Ciri khas ini, dijelaskan oleh Philips, seperti baju kemeja motif garis-garis vertikal berwarna hitam putih yang dipamerkan calon presiden usungan PDIP Ganjar Pranowo di hadapan para relawannya.
"Saya kira, penanda-penanda itu penting, dalam konteks Indonesia. Di negara yang demokrasinya lebih mapan lebih bisa. Kadang-kadang substantif enggak juga, tapi lebih bisa mengevaluasi kandidat," kata Philips kepada awak media saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (20/7/20323).
Lebih lanjut, Philips menekankan, isu di Indonesia sangat beragam dan buka jadi fokus utama sehingga untuk menyatukan suara pendukung ini tentu diperlukan satu hal yang autentik.
Baca juga: Ganjar Pranowo Tantang Perizinan Investasi di Jateng Dites: Coba Disogok Mau Apa Nggak
"Di Indonesia misalnya apakah hari ini, kita enggak terlalu sadar, harga naik atau turun, masyarakat kayanya ada yang merasa dan tidak," jelasnya.
"Karena ada banyak isu buat masyarakat, ada yang ngomong harga, banjir, penyakit, ngomong ini itu dan lain-lain, akhirnya pemilih itu dari semua isu penandanya buat mereka yang penting apa, sehingga larinya ke yang sifatnya simbol," Philips menegaskan.
Philips mencontohkan ihwal autentisitas yang begitu kuat pernah dipraktekkan oleh Jokowi dengan baju kotak-kotaknya.
Hal ini mengikat pola kotak-kotak Jokowi itu erat dengan pakaian sehari-hari masyarakat. Sehingga menciptakan nilai yang terhadap masyarakat.
"Yang lebih autentik dilakukan pak Jokowi 2012. Mungkin baju kotak-kotak itu baju yang sehari-hari dipakai banyak orang, jadi terasa representasi semua orang," tandasnya.
Sebagaimana diketahui momen mamerkkan bajunyas saat menghadiri acara Silaturahmi 1 Muharram 1445 H di Wisma Serbaguna, GBK, Jakarta, pada Rabu (19/7/2023).
Ganjar mengaku ada peran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di balik kemeja yang ia kenakan.
Gubernur Jawa Tengah itu menyebut Jokowi merancang baju garis lurus yang ia kenakan saat itu.