Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasto Kristiyanto: Wayang Merupakan Sebuah Ritual Kehidupan yang Bisa Memberi Pelajaran

Hasto Kristiyanto mengatakan, wayang merupakan sebuah ritual kehidupan yang bisa memberi pelajaran.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Hasto Kristiyanto: Wayang Merupakan Sebuah Ritual Kehidupan yang Bisa Memberi Pelajaran
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat pergelaran Wayang Kulit Dalang 3 di Halaman Masjid At-Taufiq, di depan Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (28/7/2023) malam, dalam rangkaian Refleksi Kasus 27 Juli dengan jalan kebudayaan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, wayang merupakan sebuah ritual kehidupan yang bisa memberi pelajaran, misalnya soal bagaimana bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

Hal itu diungkapkan Hasto dalam sambutannya di pergelaran Wayang Kulit Dalang 3 di Halaman Masjid At-Taufiq, di depan Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (28/7/2023) malam, dalam rangka Refleksi Kasus 27 Juli dengan jalan kebudayaan.

Tiga dalang kondang seperti Ki Joko Widodo (Joko Klentheng), Ki Puthut Puji Aguseno dan Ki Alek Budi Sabdo Utomo akan menunjukan kebolehannya mendalang di hadapan Hasto dan tamu undangan yang hadir.

Ketiga dalang kondang itu membawakan lakon Pandawa Syukur (Sesaji Rojosuyo).

Baca juga: Hasto Berpantun untuk Ganjar saat Konsolidasi Parpol di Bogor: Hatinya Bersih Tanpa Polesan

"Wayang adalah ritual kehidupan. Di dalam wayang ini kita tidak hanya menangkap seluruh falsafah tentang budi pekerti, tentang tugas satria di dalam melawan angkara murka," kata Hasto.

Dia menuturkan, keangkaramurkaan itu bisa diluluhlantahkan ketika seorang ksatria itu menyatu dengan Punokawan yang merupakan simbol dari rakyat miskin atau Wong Cilik yang terus diperjuangkan oleh PDIP.

Berita Rekomendasi

Hasto meringkas, bagaimana lakon wayang kali ini menceritakan seorang raja bernama Prabu Jarasanda yang ingin menaklukkan 100 kerajaan.

Dia lantas berkelakar dengan Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie yang hadir di lokasi, soal adanya seorang calon pemimpin yang berambisi ingin menaklukkan dunia sebelum di Jerman ditemukan teori Lebensraum.

"Menaklukkan dunia yang tentu saja dengan perlengkapan senjata. Hanya saja senjatanya ini baru atau bekas itu tidak disebutkan dalam cerita wayang ini," kelakarnya.

Dia juga menyebut, di dalam pengadaan senjata untuk menaklukkan kerajaan tersebut dengan membangun tentara hebat.

"Jadi bukan membentuk PT kecil yang isinya saudara-saudara dari kerajaan ini, bukan. Tetapi dengan membentuk bala tentara yang hebat. Akhirnya 97 raja bisa ditaklukkan, tinggal 3 yang belum ditaklukkan, yaitu namanya Prabu Baladewa, Prabu Kresna, dan Prabu Kuntadewa," terang Hasto.

Baca juga: Senawangi Suguhkan Kembalinya Shinta yang Pernah Hilang di Festival Wayang Dunia

Politisi asal Yogyakarta ini juga mengungkapkan, Prabu Jarasanda ini memiliki ambisi kuat, yang dimana menggunakan jurus devide et impera.

"Ini yang juga dilakukan oleh raja yang mempunyai ambisi yang besar tersebut. Nanti ambisi ini bisa dikalahkan dengan perang tanding. Jadi dalam cerita wayang, kalau namanya raja punya ambisi caranya dengan perang tanding. Dengan debat, menyampaikan narasi masa depan."

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas