BMKG: Musim Kemarau Pengaruhi Kualitas Udara di Jakarta yang Kini Tidak Sehat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut menjelaskan penyebab kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya yang tidak sehat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut menjelaskan penyebab kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya yang tidak sehat.
Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan ada 3 faktor penyebab.
Pertama, musim kemarau yang melanda kini mempengaruhi kualitas udara yang ada.
musim kemarau yang melanda kini mempengaruhi kualitas udara di Jakarta.
Pencemaran di Jakarta dipengaruhi udara dari timur yang kering.
Baca juga: Hadapi Kemarau Akibat El Nino, BNPB Minta Masyarakat Mulai Menghemat Air
"Dan juga sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya," kata Ardhasena dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (11/8/2023).
Kedua, adanya siklus harian, dimana saat lepas malam hari hingga lepas pagi hari justru pencemaran udara cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore
"Karena ada siklus harian," terang dia.
Adapun penyebab siklus diurnal (harian) adalah peningkatan uap air karena wilayah utara yang berbatasan dengan Laut Jawa.
Ketiga, fenomena lapisan inversi
Ardhasena menjelaskan, hal lain yang menarik adalah fenomena lapisan inversi, yakni ketika pagi dibawah itu cenderung lebih dingin dibandingkan di lapisan atas.
Baca juga: Kualitas Udara di Jakarta Terburuk di Dunia, Ketahui Bahaya yang Mengintai
"Sehingga itu mencegah udara itu naik dan terdispersi itu juga penjelasan mengapa Jakarta itu keliatan keruhnya di bawah dibanding di atas karena setting ibu kota itu kita hidup bersama," jelas Ardhasena.
Ditambahkan Pengamat iklim dan lingkungan Universitas Gadjah Mada, Dr. Emilya Nurjani, S.Si., M.Si., bahwa udara di musim kemarau dengan curah hujan dan kecepatan angin yang rendah cenderung memengaruhi tingkat pencemaran udara yang terjadi belakangan ini.
“Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembaban juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak,” terangnya dikutip dari laman UGM.ac.id.
Terpantau dalam situs IQair Jumat (11/8/2023) pagi, kualitas udara di ibu kota negara ini tidak sehat.
Kualitas udara di Jakarta berada diangka 171 AQI pada pukul 09.37 WIB.
Pada level ini, kualitas udara di Jakarta tidak sehat dan semua orang sangat disarankan menggunakan masker.