Wujudkan Regenerasi Petani, Kementan Beri Pembekalan Kepada Para Pekerja Migran Cianjur
Pekerja migran di Cianjur, Jawa Barat diberi pelatihan agar dapat terjun ke sektor pertanian.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan pembekalan kepada pekerja migran di Cianjur, Jawa Barat, agar dapat terjun ke sektor pertanian.
Bekal tersebut diberikan dalam workshop peningkatan kapasitas untuk Pekerja Migran Indonesia, di Gedung Guru PGRI, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Workshop diikuti 15 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berasal dari kecamatan Agrabinta.
Workshop itu bertujuannya untuk meningkatkan kapasitas bagi purna-PMI dan keluarga PMI sekaligus membuka wawasan potensi usaha pertanian yang dapat digeluti oleh kelompok sasaran.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pertanian merupakan sektor yang paling menguntungkan dan berpeluang menjadi penyanggah ekonomi Indonesia, juga termasuk ekonomi dunia.
Baca juga: Akselerasi Kedaulatan Pangan, Agrofood Expo 2023 Perkuat Ekosistem Pelaku Usaha Pertanian
“Terbukti, di saat banyak negara mengalami krisis, Indonesia tetap kokoh dan bertahan karena ada sektor pertanian didalamnya," kata Syahrul dalam keterangan yang diterima, Sabtu (12/8/2023).
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan untuk mendukung pembangunan pertanian maju, mandiri, dan modern, perlu dilakukan penyiapan, pencetakan SDM pertanian unggulan.
“SDM adalah faktor paling utama dalam peningkatan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, BPPSDMP selalu berupaya meningkatkan kapasitas SDM pertanian," kata Dedi.
Baca juga: Menteri Pertanian Bantah Enam Orang Meninggal di Papua Tengah Karena Kelaparan, Tapi Diare
Peningkatan kualitas dan kapasitas SDM ini juga dilakukan BPPSDMP terhadap pekerja Migran, di antaranya melalui workshop peningkatan kapasitas untuk Pekerja Migran Indonesia, yang merupakan kerjasama Kementan, melalui BPPSDMP, dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Kegiatan ini adalah bagian dari penerapan Strategi Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial atau Gender Equity and Social Inclusion (GESI).
Strategi ini merupakan bagian dari program Youth Entrepreneurship And Employment Support Services (YESS) yang berada di Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).
Adapun GESI bertujuan untuk memastikan kelompok sasaran utama, yaitu perempuan, penyandang disabilitas, kelompok migran, serta kelompok adat, terlibat aktif dalam sektor pertanian.
"Salah satu kelompok sasaran adalah pekerja migran, yaitu warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia," kata Dedi.
Pekerja Migran Indonesia (PMI) telah lama menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan global. Mereka yang disebut sebagai penyumbang devisa terbesar ini datang dari desa-desa kecil dan kota-kota besar dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga.
Sebagaimana tercantum pada UU Nomor 18 tahun 2017 tentang perlindungan pekerja migran Indonesia, Wujud dari jaminan perlindungan ekonomi adalah memberikan pelatihan dan keterampilan bagi Purna PMI dan Keluarganya. Sehingga dapat berdaya dan mandiri secara ekonomi sepulangnya dari negara penempatan.
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) membuat lima bidang program kewirausahaan Purna PMI dan keluarga PMI, salahsatunya “Ketahanan Pangan”
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian dan Direktur Program YESS, Idha Widi Arsanti, mengajak pekerja migran untuk terjun menggeluti usaha bidang pertanian.
“Menjadi pekerja migran mempunyai batas waktu, tidak selamanya , untuk itu perlu dipersiapkan apa yang akan dikerjakan setelah tidak jadi pekerja migran, salah satu alternatifnya adalah berusaha disektor pertanian," kata Santi.
Dia mengatakan kehadiran pemerintah di sini untuk mendorong pekerja migran, yang masih aktif maupun yang sudah kembali ke daerah asalnya, dan keluarganya, untuk ikut bergabung di program YESS.
“Caranya dengan mendorong mereka, untuk menginvestasikan, penghasilan atau modalnya yang diperoleh selama bekerja diluar negeri, tidak hanya untuk kegiatan yang bersifat konsumtif, tapi ke kegiatan yang lebih produktif yaitu berusaha di sektor pertanian," ujar Santi.
“Kita ajak mereka untuk terjun kedunia pertanian baik disektor budidaya, produksi atau pemasaran produk pertanian.Tidak itu saja mereka juga akan dibekali dengan skill dan pengetahuan tentang dunia usaha pertanian, pendampingan baik teknis dan dukungan permodalan” tambah Santi.
Program YESS mempunyai fokus pada regenerasi petani sekaligus menumbuhkan jiwa pengusaha pertanian bagi petani muda.
“Program ini menyasar rentang usia 17-39 untuk didorong menjadi pengusaha pertanian. Tentu nya mereka akan dibekali dengan skill dan pengetahuan tentang dunia usaha pertanian, pendampingan baik teknis dan dukungan permodalan agar menjadi pelaku usaha pertanian yang sukses,” katanya.
Workshop sehari diisi dengan materi materi antara lain Bussines Motivation Pathway (BMP) Program YESS, Literasi Inklusi Keuangan: Investasi Usaha Pertanian, dan paparan oleh lokal Champion Sarif Hidayat dengan tema Menggali Cuan dari Usaha Pertanian.
Hadir pada workshop tersebut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura, Kabupaten Cianjur, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi , wakil dari BP2MI, wakil dari perbankan, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Project Manager YESS, Provincial Programme Implementation Unit (PPIU) Jawa Barat Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Business Development Service Providers (BDSP) Agrabinta.