Organisasi Miss Universe Putus Kontrak MUID buntut Kasus Pelecehan Seksual saat Body Checking
Miss Universe Organization (MUO) telah memutuskan menghentikan kerja samanya dengan PT Capella Swastika Karya.
Penulis: Rifqah
Editor: Endra Kurniawan
Serta tidak diberikan kontrak tambahan dalam organisasi Miss Universe.
"Kami akan membatalkan Miss Universe Malaysia 2023, dan akan mengatur pemegang gelar Indonesia 2023 untuk bersaing di kontes Miss Universe tahun ini,” tulis Miss Universe Organization.
Organisasi Miss Universe Minta Maaf
Atas hal yang terjadi, Organisasi Miss Universe pun meminta maaf kepada seluruh finalis Miss Universe Indonesia atas kejadian tersebut.
Organisasi Miss Universe juga berterima kasih atas keberanian para korban bersuara atas apa yang dirasakan mereka.
Oleh karenanya, Organisasi Miss Universe berjanji akan melakukan perbaikan imbas peristiwa memalukan tersebut
"Kepada para wanita yang maju dari kontes Indonesia - kami mohon maaf karena ini adalah pengalaman Anda dengan organisasi kami."
"Kami menghargai keberanian Anda untuk berbicara, dan kami berjanji untuk melakukan yang lebih baik di masa depan.” tutup Miss Universe Organization dalam unggahannya di Instagram.
Kronologi Versi Pelapor
Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengungkapkan kronologi dugaan pelecehan finalis Miss Universe Indonesia versi pelapor.
Dijelaskan Hengki, kejadian tersebut berawal saat para finalis melakukan karantina selama dua pekan di salah satu hotel di Jakarta.
Kemudian, tiba-tiba panitia menggelar body checking di tempat yang disebutkan cukup terbuka.
Di mana, agenda tersebut sebelumnya tidak ada dalam daftar kegiatan.
"Kemudian, tiba-tiba dilakukan body checking yang sebenarnya tidak ada dalam rundown-nya. Tempatnya juga sedikit terbuka," ungkap Hengki, dikutip dari YouTube Kompas TV, Jumat (11/8/2023)
Baca juga: Dukung 3 Finalis Miss Universe Speak Up soal Pelecehan, Celine Evangelista: Tegakkan Keadilan
Di sana, para korban merasa dipaksa untuk membuka baju, kemudian difoto.
"Para korban merasa dipaksa untuk melepas bajunya, kemudian difoto bukan oleh ahli medis maupun orang-orang yang berkapasitas," tuturnya.