Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus 2023, Berawal dari Organisasi Kepanduan di Masa Penjajahan Belanda
Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus 2023. Hari Pramuka Indonesia berawal dari Organisasi Kepanduan di masa penjajahan Belanda hingga diresmikan presiden.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Sejarah hari Pramuka Indonesia 14 Agustus tidak lepas dari perjuangan bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda.
Sejarah hari Pramuka Indonesia ditandai dengan munculnya cabang Pramuka milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) pada 1912.
NPO kemudian berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereniging (NIVP) pada 1916.
Pada tahun 1916, SMA Mangkunegara VII membentuk organisasi kepanduan pertama Indonesia dengan nama Javaansche Padvinder Organisatie (JPO).
Lahirnya JPO memicu gerakan nasional lainnya untuk membuat organisasi sejenis pada saat itu.
Organisasi kepanduan di Indonesia di antaranya Hizbul Wahton (HM) pada 1918, Jong Java Padvinderij (JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), dan Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).
Penyatuan seluruh organisasi Pramuka diawali dengan lahirnya Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) pada 1926 sebagai peleburan dua organisasi kepanduan, Nationale Padvinderij Organisatie (NPO), dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).
Baca juga: 40 Link Twibbon Hari Pramuka 2023, Beserta Cara Buatnya
Karena semakin banyaknya organisasi Pramuka Indonesia, Belanda melarang organisasi Pramuka di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder.
Sehingga, K.H Agus Salim memperkenalkan istilah “Pandu” atau “Kepanduan” untuk organisasi Kepramukaan milik Indonesia, dikutip dari Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud.
Pada 23 Mei 1928 muncul Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) yang anggotanya terdiri dari INPO, SIAP, NATIPIJ, PPS.
Setelah Indonesia Merdeka, lahirlah kepanduan yang bersifat nasional yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada 28 Desember 1945.
Selain itu, muncullah ratusan organisasi kepanduan di Indonesia, yang kemudian bersatu dalam organisasi Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).
Namun, PERKINDO ternyata juga terkendala karena anggotanya yang kurang kompak.
Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia dan MPRS berupaya untuk membenahi organisasi kepramukaan di Indonesia.