Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Mengapa Jokowi Tega Tinggalkan Ganjar dan PDIP?

Sikap polirik PDIP terlihat butuh tak butuh pada dukungan pihak lain terhadap pencapresan Ganjar Pranowo di PDIP.

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Pengamat: Mengapa Jokowi Tega Tinggalkan Ganjar dan PDIP?
dok. Kompas
Pengamat politik Ray Rangkuti. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mempertanyakan mengapa Jokowi tega terhadap Ganjar dan PDIP pasca bergabungnya PAN, Golkar, PKB dan Gerindra.

Mulanya Ray menilai sulit menyatakan tidak ada tangan Jokowi dari bergabungnya empat partai politik tersebut untuk kontestasi Pilpres 2024.

Kemudian Raya mempertanyakan mengapa Jokowi tega meninggalkan Ganjar dan PDIP. Lalu dikatakan Ray dirinya melihat ada tiga hal terkait bergabungnya empat partai politik tersebut dari sisi PDIP.

"Sikap PDIP yang terlihat butuh tak butuh pada dukungan pihak lain terhadap pencapresan Ganjar. Mereka berkutat di kalangan mereka sendiri, sembari abai pada upaya menarik dukungan politik formal dari partai atau kekuatan lain. Tentu, termasuk di dalamnya, menarik asosiasi Jokowi dengan Ganjar. Yang akhirnya di isi oleh Prabowo dengan pak Jokowi," kata Ray dalam keterangannya Senin (14/8/2023).

Kemudian dikatakan Ray pernyataan-pernyataan yang jelas mengandung sikap negatif publik terhadap Ganjar, terus diproduksi.

"Khususnya kata 'petugas partai'. Kata ini berulang disampaikan dan jelas tidak strategis disebutkan jelang pilpres, seperti saat ini. Dalam bahasa lain, PDIP mendegradasi sendiri simpati dan kesukaan masyarakat atas capres mereka," kata Ray.

Berita Rekomendasi

Ray melanjutkan dan efek kedua itu juga berimbas pada pandangan orang pada Ganjar sebagai capres. Ganjar sebagai asosiasi Jokowi dan milik rakyat makin jauh.

Baca juga: SOKSI Kritik Keputusan Airlangga Hartarto Bawa Dukungan Golkar ke Prabowo

"Berganti dengan Ganjar milik PDIP dan hanya PDIP yang berhak mengaturnya. Jelas, menjadikan Ganjar sebagai milik partai akan menjauhkan pemilih darinya. Pemilih butuh wajah capres yang lebih independen dari kekuatan atau dominasi partai," jelasnya.

Ray lantas mempertanyakan, apakah dengan situasi ini sikap PDIP akan makin berjarak dan keras terhadap Jokowi?

Baca juga: Istri Gus Dur Nasehati Ganjar Agar Banyak Tirakat, Kurangi Makan Jika Ingin Menang Pilpres 2024

"Besar kemungkinan hal itu akan jadi pilihan PDIP. Alias, akan terjadi babak baru dalam hubungan PDIP dengan pak Jokowi. Saya kira, dalam peta ini, bukan lagi Jokowi vs elit PDIP tapi akan menjelma menjadi PDIP sebagai partai. Bahkan tidak menutup kemungkinan juga akan melibatkan pemilih Ganjar yang kecewa pada sikap pak Jokowi," kata Ray

Ray melanjutkan ia meyakini bahwa Jokowi telah memikirkan hal tersebut dalam-dalam.

"Bahwa beliau potensial akan kehilangan basis tradisionalnya. Bahkan basis emosionalnya. Dalam hal inilah akan menarik melihat hubungan Jokowi dengan PDIP yang makin rapuh," kata Ray.

Baca juga: Ganjar Pakai Kaus Bergambar Jokowi saat Komentari Merapatnya Golkar-PAN ke Prabowo

"Hubungan tak harmonis ini akan ditambah dengan kekuatan yang selama ini berseberangan dengan pak Jokowi. Artinya, kekuasaan pak Jokowi dalam setahun ke depan akan mengalami sedikit guncangan," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas