Genjot Pemajuan Kebudayaan, Kemendikbudristek Kibarkan Merah Putih Bawah Laut
Direktorat Jenderal Kebudayaan bersama satuan Brimob Polda Bali melaksanakan Upacara pengibaran Bendera Merah Putih di bawah laut.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk mengingatkan kembali bahwa sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia dan pemajuan kebudayaan serta situs bawah laut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, Direktorat Jenderal Kebudayaan bersama satuan Brimob Polda Bali melaksanakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih di bawah laut.
Kegiatan diselenggarakan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia (RI), Kamis (17/8/2023).
Acara berlangsung di dua lokasi yang saling terintegrasi, yaitu di darat, di Puri Madha Dive Resort, dan di bawah air, di area karamnya kapal USAT Liberty, perairan Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.
Acara tersebut dihadiri Direktur Film, Musik dan Media Ahmad Mahendra, Restu Gunawan Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Abi Kusno.
Direktur Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan, pentingnya kegiatan dilaksanakan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat, khususnya generasi muda dan para penyelam pentingnya menjaga ekosistem cagar budaya dibawah laut.
"Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya perlindungan untuk melestarikan budaya di bawah laut. Karena situs atau cagar budaya tidak hanya di darat, tapi banyak juga situs dan cagar budaya dibawah laut," kata Ahmad Mahendra.
Menurutnya bahwa di perairan Indonesia, terdeteksi 462 titik warisan budaya bawah air berupa kapal, pesawat, keramik, senjata, dan aneka peninggalan bersejarah lain.
Dari jumlah itu, baru 145 titik yang berhasil disurvei Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan hanya sedikit tinggalan arkeologi yang mendapatkan penanganan.
"Kendala yang dihadapi oleh para arkeolog yang bergelut di bawah air antara lain kekurangan tenaga ahli, adanya pemburu harta karun, biaya yang mahal , kurangnya pengetahuan, serta adanya aktivitas mikro dan makroorganisme yang mengancam keberadaan Cagar Budaya," ujarnya.
Di sisi lain untuk mengingatkan kan tempat bersejarah di bawah laut Indonesia.
"Bagaimana untuk melihat situs-situs bawah laut, ini penting juga untuk mengingatkan kepada generasi muda dan sebagai moment bagi penyelam dalam menjaga kebudayaan dibawah laut," ucapnya.
"Utamanya bagaimana cara melestarikan situs bawah air. Ke depan kita Dirjen Kebudayaan akan membuat kegiatan seluruh Indonesia, harapannya cagar dan situs budaya bahwa laut kita jadi destinasi sehingga terjaga keamanannya," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, bahwa kegiatan tersebut sebagai momentum untuk melihat bagian sejarah dan budaya yang harus kita lestarikan, salah satunya peninggalan di Bawah Air.
Menurutnya hingga saat ini belum optimal dalam melakukan pemajuan kebudayaan dari sisi ini.
"Kegiatan ini untuk mengingatkan kita semua bagaimana sejarah dan budaya ditanah air patut kita lestarikan. Apalagi kurangnya optimal pemajuan budaya dibawah laut," ucapnya.
Terlebih hingga saat ini belum optimal dalam melakukan pemajuan kebudayaan dari sisi tersebut.
"Kita masih belum optimal mengelola cagar budaya bawah air dengan baik. Karena itu Dirjen Kebudayaan akan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengajak para penyelam professional mengenal, memahami dan ikut melestarikan Cagar Budaya Bawah Air," ucapnya.
Baca juga: Dukung Gerakan Cinta Alam Bawah Air, Ditjen Hubla Ikut Serta dalam Pelantikan Pengurus MDC Amboina
"Jadi kami undang para komunitas selam, sekali lagi mudah-mudahan kita dapat bekerja sama dengan semua pihak untuk mengelola warisan budaya bawah air,” lanjut Hilmar.
Hilmar menambahkan, upaya untuk mengenalkan tinggalan cagar budaya bawah air sangatlah penting karena kelangsungan cagar budaya bawah air di masa mendatang menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.
Disebutkan bahwa di perairan Indonesia, terdeteksi 462 titik warisan budaya bawah air berupa kapal, pesawat, keramik, senjata, dan aneka peninggalan bersejarah lain.
Seperti kita ketahui bahwa upacara pengibaran Bendera Merah Putih di bawah air dalam rangka memperingati HUT kemerdekaan Republik Indonesia Ke -78 yang di laksanakan di Tulamben, Bali pada Kamis (17/8/2023).
Komandan Satuan Brimob Polda Bali Kombespol Firdaus Wulanto S.I.K bertindak sebagai inspektur upacara di bawah air. Melibatkan 48 penyelam yang terbagi menjadi 3 barisan. 17-8-23 melambangkan 17 agustus 2023.
Peserta upacara bawah air diikuti oleh kolaborasi antar satuan Brimob Polda Bali bersama 17 komunitas penyelam pemerhati tinggalan budaya bawah air perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia.
17 Komunitas penyelam itu antara lain, Celebes Dive, Komunitas Sea Soldier, Sentra Selam Jogja, Komunitas Selam Gorontalo, Ghapura Dive Raja Ampat, Manado Freediving, Arkeologi Bawah Air HIMA Universitas Gadjah Mada, PB POSSI Bidang Arkeologi Bawah Air, Emas Diving Club (EDC), Rafflesia Bengkulu Diving Centre, Kelompok Penyelam Arkeologi (KOMPAK) Gwen Dive Belitung, Polairud Polda Jambi, Komunitas Selam di Bangka, dan Komunitas Selam di Belitung serta Komunitas Selam Adespin.
Area upacara bawah laut terletak pada kedalaman 6 meter tepat di depan situs kapal USAT Liberty.
Tiang bendera setinggi 17 meter (menyimbolkan tanggal 17), dibuat dengan proporsi 6 meter di bawah laut dan 11 meter di atas permukaan laut. Rangkaian teknis ini menggambarkan semangat mengharumkan nama bangsa dari dasar laut hingga ke angkasa.