Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

8 Kader PDIP yang Dipecat karena Dianggap Membangkang

Berikut ini 8 kader PDIP yang dipecat lantaran dianggap membangkang dan tak mematuhi aturan partai.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in 8 Kader PDIP yang Dipecat karena Dianggap Membangkang
Kolase Tribunnews.com
(Kiri-kanan atas) Wali Kota Surabaya, Emil Dardak; Gubernur Maluku, Murad Ismail; Mantan Pj Wali Kota Medan, Akhyar Nasution; dan Cinta Mega. (Kiri-kanan bawah) Politisi PDIP Jatim, Mat Mochtar; Eks Bupati Bangli, I Made Gianyar; Eks Bupati Semarang, Mundjirin; dan Eks Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih. Kedelapan tokoh ini sebelumnya adalah kader PDIP. Namun, mereka dipecat karena dianggap membangkang aturan partai. 

Pemecatan itu terjadi pada Jumat (4/12/2020), 5 hari menjelang pencoblosan Pilkada Bangli 2020 berdasarkan surat yang ditandatangani Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, tertanggal 2 Desember 2020.

Alasan Made dipecat lantaran mantan Bupati Bangli ini mendukung adiknya, Made Subrata, yang maju sebagai calon bupati dari Golkar dan NasDem.

"DPP partai memberikan sanksi organisasi berupa pemecatan atau pemberhentian dari keanggotaan partai bagi kader partai yang terbukti melanggar kode etik dan disiplin partai,” tegas Wakil Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Sutena, di Kantor DPD PDIP Bali, Denpasar, Jumat (4/12/2020), dikutip dari TribunBali.com.

Baca juga: PDIP Wacanakan Duet Ganjar dengan Anies, Pengamat Ini Bilang Akan Saling Melengkapi

6. Emil Dardak

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak. (Istimewa)

Mantan Bupati Trenggalek, Emil Dardak, dipecat dari PDIP lantaran maju Pilkada Jawa Timur 2018 lewat partai lain.

Pemecatan terhadap Emil Dardak dilakukan lantaran suami Arumi Bachsin ini dianggap hanya ingin memenuhi ambisi pribadinya.

"Ketika seorang maju dari partai lain dengan ambisi pribadi dan mungkin karena sebuah mimpi-mimpi mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi, partai mengambil sikap tegas, memberikan sanksi pemecatan,” kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Kamis (23/11/2017), dikutip dari situs resmi PDIP Jatim.

Diketahui, Emil yang berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa diusung oleh Demokrat, Golkar, PPP, PAN, NasDem, Hanura, dan partai non-parlemen, PKPI.

Berita Rekomendasi

Sementara, PDIP bersama PKB, Gerindra, dan PKS mengusung Syaifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno.

Namun, hasil akhir Pilkada 2018 membawa Khofifah-Emil menuju Jawa Timur 1 dengan perolehan suara 10.465.218 atau 53,55 persen.

7. Mundjirin

Mantan Bupati Semarang, Mundjirin, saat ditemui, Selasa (14/7/2020).
Mantan Bupati Semarang, Mundjirin, saat ditemui, Selasa (14/7/2020). (Tribun Jateng/Akbar Hari Mukti)

Eks Bupati Semarang, Mundjirin, dan anaknya, Bina Munawa Hatta, dipecat PDIP lantaran dianggap membangkang.

Diketahui, saat Pilbup Semarang 2020, Mundjirin dan Bina mendukung istrinya Bintang Narsasi yang berpasangan dengan Gunawan Wibisono.

Padahal, PDIP telah mengusung Ngesti Nugraha-M Basari.

"Nah, karena tidak mengindahkan terkait rekomendasi calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Semarang 2020 di mana PDIP mengusung pasangan Ngesti Nugraha-M Basari."

"Tetapi, mereka mendukung pasangan calon dari partai lain sehingga dikategorikan sebagai pelanggaran berat," urai Wakil Ketua Bidang Kehormatan PDIP Kabupaten Semarang, Hok Hiong, Kamis (1/10/2020), dikutip dari TribunJateng.com.

Terkait pemecatan tersebut, Mundjirin mengaku pasrah.

Ia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa jika itu sudah ketentuan partai.

"Saya pasrah saja, 'kan sudah dinyatakan pelanggaran berat. Ya kita tidak bisa apa-apa, ketentuan partai begitu kok," katanya, Jumat (2/10/2020).

8. Rustriningsih

Kasus trafficking dengan kedok tenaga kerja atau perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) membuat wakil gubernur Jawa Tengah Rustriningsih prihatin.
Kasus trafficking dengan kedok tenaga kerja atau perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) membuat wakil gubernur Jawa Tengah Rustriningsih prihatin. (TRIBUN JOGYA/ Bakti Buwono)

Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih, dianggap membangkang PDIP lantaran mendeklarasikan dukungannya pada Prabowo sejak Pilpres 2014.

Kala itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa melawan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).

Rustriningsih mengaku keputusannya mendukung Prabowo-Hatta Rajasa dilakukan tanpa ada komunikasi dengan PDIP.

"Jadi kalau komunikasi memang tidak ada. Untuk diri saya memang menjadi debatable," ungkap Rustriningsih usai bertemu Hatta, Kamis (3/7/2014).

Lebih lanjut, Rustriningsih mengungkapkan alasannya membelot dari partainya untuk mendukung Prabowo.

Secara tak langsung, ia mengisyaratkan kekecewaannya terhadap PDIP terkait pergantian antar waktu (PAW) Ganjar Pranowo sebagai anggota DPR 2009-2014.

Ganjar yang terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah, menurut Rustriningsih, seharusnya digantikan oleh suaminya, Soni Achmad Saleh, di DPR RI.

"Suami saya Pak Soni, posisi dia adalah sebagai calon legislatif PAW yang seharusnya mengganti Pak Ganjar."

"Tapi, KPU mengisi sesuai keinginan DPP. Jadi yang seharusnya Pak Soni, diganti Bu Ida," katanya.

Tak hanya itu, kekecewaan Rustriningsih saat PDIP lebih memilih Ganjar untuk maju Pilgub Jateng pada 2013, juga dinilai menjadi salah satu faktor mantan Bupati Kebumen ini membelot.

Dukungan Rustriningsih terhadap Prabowo masih berlanjut hingga Pilpres 2019, saat Ketua Umum Gerindra itu berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Padahal, saat itu Rustriningsih diketahui belum mengundurkan diri sebagai kader PDIP.

Meski demikian, Rustriningsih sudah tak lagi dianggap sebagai kader partai banteng itu sejak Hatta Rajasa berkunjung ke kediamannya di Kebumen pada 2014 silam.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas