Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berani Lawan WTO, Legislator Nilai Presiden Jokowi Percaya Bahlil Jadi Benteng Hilirisasi Indonesia

Instruksi Presiden Jokowi ke Menteri Bahlil untuk melawan WTO terkait hilirisasi ini mendapat dukungan penuh dari anggota Komisi VII DPR Mukhtaruddin

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Berani Lawan WTO, Legislator Nilai Presiden Jokowi Percaya Bahlil Jadi Benteng Hilirisasi Indonesia
HO
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers Kebijakan dan Implementasi Hilirisasi sebagai Bentuk Kedaulatan Negara, di Jakarta, Jumat (30/6/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan kebijakan hilirisasi di Indonesia terus berlanjut, meski Indonesia telah kalah gugatan dari Word Trade Organization (WTO) atas kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel.

Namun, Presiden Jokowi kembali menginstruksikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk melawan tekanan dari WTO maupun negara-negara Uni Eropa.

Instruksi Presiden Jokowi ke Menteri Bahlil untuk melawan WTO terkait hilirisasi ini mendapat dukungan penuh dari anggota Komisi VII DPR RI Mukhtaruddin.

Menurut Mukhtaruddin, kebijakan hilirisasi adalah hak Indonesia yang tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun, termasuk WTO.

“Yang jelas kita tentu akan bersama-sama pemerintah tentunya satu misi, satu visi dalam rangka kita menghadapi gugatan WTO itu, karena terus terang memang persaingan untuk hilirisasi ini memang cukup menjadi sorotan dunia, ketika kita ingin mendorong hilirisasi di Indonesia,” kata Mukhtaruddin dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (24/8/2023).

Menurut politisi Partai Golkar ini, Menteri Bahlil sebagai benteng utama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin harus berani melawan tekanan WTO, karena hampir seluruh negara-negara barat saat ini merasa terganggu dengan kebijakan hilirisasi, dimana mereka memiliki kepentingan atas bahan baku nikel dan bahan mentah lainnya yang dimiliki Indonesia.

Berita Rekomendasi

“Ketika kita ingin hilirisasi, dunia kan pada marah, terutama yang berkepentingan dengan bahan baku nikel, bauksit dan lain-lain itu merasa terganggu kepentingan industri dalam negerinya, sehingga mereka melakukan gugatan di WTO terkait dengan masalah kita tidak boleh lagi ekspor konsentrat, harus hilirisasi,” ujarnya.

Dikatakan Mukhtaruddin, arahan Presiden kepada Menteri Bahlil itu sudah jelas, bahwa Bangsa Indonesia tidak boleh tunduk terhadap WTO soal pengelolaan kekayaan alam Indonesia.

Baca juga: Viral Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Tawari Jabatan CEO ke Mahasiwa Baru di Perusahaannya

Saat ini, lanjut Mukhtaruddin, Indonesia telah kalah dalam gugatan WTO, namun langkah yang diambil pemerintah untuk banding terhadap WTO harus mendapat dukungan penuh, termasuk Komisi VII DPR RI.

“Nah ini kan harus tetap kita lawan, artinya tetap kita tidak akan goyang dengan posisi kita meskipun kalah di WTO, pengadilan tingkat pertama, tetapi kita lakukan upaya banding dan tentunya ini harus kita dukung, karena terus terang memang ini juga bukan indikasi lagi, ini sangat kuat sekali kepentingan bisnis internasional," katanya.

"Khususnya negara-negara penghasil yang berencana juga melakukan transisi energi dari fosil ke green energi, sehingga ini mengganggu kepentingan mereka,” imbuhnya.

Seiring dukungan terhadap upaya banding tersebut, Mukhtaruddin meminta pemerintah melakukan negosiasi dan juga memperkuat argumentasi banding sehingga dapat menang banding melawan WTO.

“Kita dukung sikap pemerintah untuk melakukan upaya banding dengan tetap melakukan upaya-upaya negosiasi, kemudian memperkuat diplomasi dan juga memperkuat argumen hukumnya, sehingga diharapkan kita bisa menang di tingkat banding,” ucapnya.

Mukhtaruddin pun memberikan dukungan kepada Menteri Bahlil yang dipercayakan Presiden Jokowi untuk menghadapi tekanan WTO ini agar tidak gentar ataupun mundur.

“Intinya kita tidak boleh mundur dan tidak boleh kita langsung merasa putus asa untuk menghadapi gugatan di WTO kita harus berjuang terus untuk memenangkan itu,” ujarnya.

Menurutnya program hilirisasi sebuah keniscayaan yang harus digenjot oleh pemerintah, pasalnya industri global ke depan akan beralih dari energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi sebuah kebutuhan secara global.

“Kita memperkuat dengan argumentasi hukumnya, kemudian upaya-upaya diplomasi sehingga diharapkan kita bisa memenangkan banding, karena hilirisasi ini merupakan suatu keniscayaan yang harus kita lakukan dalam rangka kita memperkuat industri nasional kita, dan kita punya semua daripada bahan baku untuk transisi energi ke depan yang sustainable energi itu,” katanya.

Satu diantara kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah saat ini tidak lepas dari keinginan bersama, yakni melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi baterai.

Menariknya kata Mukhtaruddin semua bahan baku baterai storage itu ada di Indonesia, hingga kebijakan hilirisasi ini perlu dipertahankan bersama.

“Ke depan ini kan pasti kita sudah akan melakukan transisi energi, dari energi fosil ke energi baterai. Kalau di industri baterai energi listrik maka kuncinya adalah baterai storage dan bahan bakunya sebagian besar ada di Indonesia, kita penghasil nikel di dunia, belum lagi bauksit dan lain-lainnya,” ucapnya.

Bagi Mukhtaruddin hilirisasi bukan hanya soal nilai tambah melainkan juga menyangkut kedaulatan energi Indonesia yang tidak boleh diganggu oleh siapapun.

Baca juga: Dukung Menteri Bahlil, Pakar Setuju Pajak Minimum Global Dikaji Ulang

“Oleh karena itu kita ingin mendorong agar hilirisasi ini tetap diutamakan, diupayakan dengan catatan kita terus melakukan upaya-upaya agar kita tidak diintervensi terus oleh global terkait dengan masalah kedaulatan energi dalam negeri kita,” tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas