Jokowi Buka Sesi Pleno KTT ke-43 ASEAN, Singgung Kebutuhan Strategi Jangka Panjang dan Relevan
Jokowi menilai ASEAN juga butuh strategi taktis jangka panjang dan relevan sesuai harapan rakyat.
Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka sesi pleno dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN di JCC, Jakarta.
Dalam sesi pleno tersebut, hadir para pemimpin negara di kawasan ASEANdi antaranya Perdana Menteri (PM) Laos Sonexay Siphandone, PM Kamboja Hun Manet, Ketua Delegasi Thailand Sarun Charoensuwan, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Malaysia Anwar Ibrahim, PM Vietnam Pham Minh Chinh, PM Timor-Leste Xanana Gusmao, PM Cook Islands Mark Brown, Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin, dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah.
Jokowi bicara bagaimana arah ASEAN yang jelas menjadi pusat pertumbuhan ekonomi
"Modal ASEAN besar untuk meraihnya, tapi ASEAN harus mampu bekerja lebih keras, lebih kompak, lebih berani, dan lebih gesit," kata Jokowi dalam pembukaan sesi pleno, Selasa (5/9/2033).
Jokowi menilai ASEAN juga butuh strategi taktis jangka panjang dan relevan sesuai harapan rakyat.
"Yang tidak hanya untuk lima tahun ke depan, tapi 20 tahun ke depan sampai 2045. Dan saya mengapresiasi dukungan negara anggota ASEAN dalam pembahasan ASEAN concord ke-4," kata dia.
Jokowi lebih lanjut mengatakan ASEAN sebagai bagian dari kawasan Indopasifik juga terus konsisten bekerja keras, baik menggunakan pendekatan inklusif.
"Melalui kerja sama secretariat ASEAN dengan secretariat Pacific Island Forum (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA), maupun pendekatan ekonomi dan pembangunan melalui ASEAN Indopasific Forum. Sehingga ASEAN bisa berdampak bagi rakyatnya dan juga bagi dunia," kata Jokowi.
Menurutnya, sebagai sebuah kapal besar, ASEAN memiliki tanggung jawab yang juga besar pada ratusan jiwa rakyat yang berlayar bersama di dalamnya.
"Dan walaupun harus berlayar di tengah badai, kita sebagai para pemimpin ASEAN harus memastikan bahwa kapal ini mampu terus melaju, mampu terus berlayar, dan kita harus menjadi nakhoda di kapal kita sendiri untuk mewujudkan perdamaian, mewujudkan stabilitas, mewujudkan kemakmuran bersama," tandas dia