Tunjuk Kaesang Jadi Ketua Umum, Pengamat: PSI Parpol Terburuk dalam Konstelasi Partai Baru
Ia melanjutkan bukan partai yang betul-betul mengusung nilai-nilai dasar untuk kepentingan bangsa.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) jadi partai terburuk dalam konstelasi partai baru karena menunjuk Kaesang sebagai ketua umum.
Diketahui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi menunjuk Putra Bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI. Keputusan itu diputuskan saat Kopdarnas PSI pada Senin (25/9/2023) malam.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan pilihan politik Kaesang Pangarep dengan bergabung dengan PSI. Lalu dalam hitungan hari ditunjuk sebagai ketua umum ini sebenarnya menandai bahwa PSI lahir sebagai partai yang substansial," kata Dedi kepada awak media Kamis (29/9/2023).
Ia melanjutkan bukan partai yang betul-betul mengusung nilai-nilai dasar untuk kepentingan bangsa. Melainkan orientasinya sejak awal hanya untuk mendapatkan kekuasaan.
"Maka kalau demikian, PSI bisa saja dibilang sebagai partai terburuk dalam konstelasi partai baru. Kenapa? Satu sisi misalnya melakukan klaim bahwa mereka isinya partai anak-anak muda, bagaimana ide dan gagasan itu dikedepankan," kata Dedi
Menurutnya hal itu justru itu tidak terbukti. Kemudian ia menyingung bagaimana anak-anak muda PSI yang bisa dibilang punya kualitas yang cukup baik, malah justru hengkang dari PSI.
"Juga terkait dengan klaim mereka bahwa PSI satu satunya partai yang mengajarkan ke partai-partai lama apa arti pentingnya regenerasi. Saya kira penunjukkan Giring Ganesha lalu dilanjut Kaesang Pangarep sebagai ketua umum ini bukan contoh regenerasi yang baik," sambungnya.
Dedi menilai PSI menunjukkan arogansinya sebagai partai politik yang memiliki kewenangan atas kebutuhan kebutuhan elite politik ditentukan oleh satu-dua orang.
"Sekarang mungkin kita bisa katakan, bagaimana jika yang bergabung satu-dua hari itu bukan Kaesang Pangarep? Bukan putra presiden, apakah langsung mendapatkan kesempatan yang sama? Langsung menguasai partai, dalam durasi satu dua hari?" katanya.
Pesan yang mungkin lebih menonjol dari buruknya regenerasi dan tata kelola di PSI, menurutnya yakni bagaimana PSI kemudian hanya mencari momentum.
"Karena memilih hanya berdasarkan sektor popularitas dan mungkin dianggap Kaesang pangarep memiliki akses logistik yang cukup besar. Termasuk akses menuju istana, itu merupakan pengaruh yang cukup besar," tegasnya.