Megawati Soroti Tingginya Konsumsi Masyarakat Terhadap Beras, Bisa Jadi Beban Nasional
Megawati menilai tak seharusnya bangsa Indonesia hanya ketergantungan dengan beras, perlu dilakukan diversifikasi pangan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan persoalan kenaikan harga besar telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia saat ini.
Hal itu tentu menjadi potret bagaimana masyarakat sangat ketergantungan terhadap konsumsi beras.
Bahkan, menurut Megawati, data menyebutkan tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 96 kg pertahun perkapita dan menjadikan yang tertinggi di dunia.
Baca juga: Bulog Klaim Pasokan Beras Aman Sampai Panen Tahun Depan
Padahal, Megawati menilai tak seharusnya bangsa Indonesia hanya ketergantungan dengan beras. Sebab, masih banyak sumber makanan yang memiliki nilai gizi dengan tingkat kesehatan yang baik.
Hal itu diungkapkan Megawati saat membuka pidato politiknya dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Diketahui, tema Rakernas IV PDIP adalah 'Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia' dengan sub tema 'Pangan Sebagai Lambang Supremasi Kepemimpinan Indonesia Bagi Dunia'.
"Kalau kembali dilihat karena kita ternyata tergantung sekali dalam kehidupan kita untuk berkonsumsi beras, terlebih dengan tingkat konsumsi beras berkapita sebesar 96 kg dan itu ternyata tertinggi di dunia," kata Megawati.
Megawati pun menyebutkan bahwa konsumsi beras yang sehat adalah 60 kg per orang per tahun.
Selain itu, Presiden Kelima RI ini mengatakan, jika tingginya konsumsi beras membawa implikasi terhadap kesehatan, seperti penyakit-penyakit. Sehingga menjadi beban negara di kemudian hari.
"Termasuk yang sangat (tinggi) sekarang menuju penyakit, mungkin masuk tertinggi adalah sakit gula atau diabetes, pada gilirannya rendahnya diversifikasi pangan akan menjadi beban bagi nasional kita," ungkap Megawati.
Megawati juga menegaskan, persoalan pangan tidak hanya bisa dijawab secara teknokratis.
Sebab masalah pangan sangat erat dengan aspek ideologis tentang keberpihakan serta tentang komitmen Indonesia untuk berdiri di atas kaki sendiri di bidang pangan dan tentang petani sebagai orientasi kebijakan terpenting.
"Karena itulah apa yang telah disampaikan oleh Bung Karno bahwa dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan import, bisa menjadi bahan untuk kritik atas fraksi ideologi di bidang pangan," jelas Megawati.