Surya Paloh Koreksi Pernyataan Lamanya soal NasDem Bubar Jika Ada Kader Korupsi
Surya Paloh menegaskan pernyataannya kala itu tak seperti yang ditangkap publik, ia tak punya rencana bubarkan partai hanya karena satu kader korupsi
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengoreksi pernyataannya beberapa tahun lalu soal rencana pembubaran partai jika ditemukan ada kader yang korupsi.
Surya Paloh menegaskan pernyataannya kala itu salah, sebab makna yang ditangkap publik berbeda dari maksud ucapannya.
Hal ini disampaikan Surya Paloh saat menjawab pertanyaan dari awak media dalam konferensi persnya tentang kasus korupsi yang menjerat Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, yang tak lain adalah kadernya.
“Enggak demikian meaning-nya. Enggak ada yang lebih tolol dari ketum partai yang mengatakan kalau ada kader partai yang korupsi partai dibubarkan, bodoh dia."
“Itu saya salah karena memang tidak ada (maksud seperti) itu. Meaning-nya bukan begitu,” kata Surya di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Kamis (5/101/023) dikutip dari Kompas Tv.
Baca juga: Surya Paloh Akui Kasus Hukum Kader NasDem Pengaruhi Elektabilitas Anies-Cak Imin di Pilpres 2024
Dijelaskan Surya Paloh, jika demikian makna yang tertangkap oleh publik, tentu akan ada pihak yang memanfaatkan keadaan ini untuk menyusupi partai.
"(Bisa jadi) seorang penyusup masuk ke partai (dengan niat sengaja untuk membubarkan partai)," ungkap orang nomor satu di Partai NasDem itu.
Adapun maksud ucapannya di tahun 2015 itu disampaikan sebagai upaya pembentukan spirit kader dan anggota Partai NasDem untuk memiliki karakter yang kuat dalam melawan korupsi.
“Makna sesungguhnya bukan begitu, (tapi tentang) spirit, (tentang) semangat kita untuk antikorupsi."
"Enggak ada artinya kita ini kalau kader kita hanya bisa melakukan perbuatan-perbuatan tercela, (maka) untuk apa kita punya institusi seperti ini? maka spiritnya adalah seperti itu,” jelas Surya Paloh.
Meski demikian, lanjut Surya, tak ada yang bisa menjamin seorang kader partai tak akan melakukan perbuatan tercela.
Oleh karena itu, Surya menegaskan dirinya tak akan membubarkan NasDem hanya karena ada satu atau dua kader yang melakukan korupsi.
“Jadi intinya saya mengoreksi, bukan itu (makna) sesungguhnya,” tegas Surya Paloh.
Lebih lanjut, Surya Paloh pun tak ingin mengorbankan semangat kader lain yang menginginkan kemajuan Partai NasDem.
“Pada anak-anak negeri ini yang datang dengan penuh cita-cita, idealisme, pengabdian, berjuang bersama dalam satu partai harus menjadi korban karena satu dua orang yang tidak tepat, itu tidak benar,” kata Surya.
Baca juga: Surya Paloh: Betapa Terhinanya Yasin Limpo saat Pulang ke Indonesia, Padahal Baru Terima Penghargaan
Pernyataan Surya Paloh
Jauh sebelumnya, Surya Paloh pernah menyampaikan bahwa pihaknya tak main-main dengan komitmen partainya, soal spirit antikorupsi.
Menurutnya, NasDem tak layak dipertahankan jika memiliki kader yang tak berintegritas.
“Tidak layak Partai Nasdem dipertahankan,” demikian kata Surya Paloh setelah membuka pembekalan caleg Partai Nasdem, di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Senin (3/6/2015).
Ia pun pernah berjanji, tidak akan cuci tangan bila ada kadernya yang tersangkut kasus pidana.
Jika ada kader yang melakukan tindak pidana itu, maka Surya Paloh tak segan memintanya untuk undur diri.
Bahkan, ia mengaku juga siap angkat kaki dari partai yang dibesarkannya itu jika dirinya sendiri terbukti melakukan korupsi.
Hal itu diungkapkan Surya Paloh saat dirinya menghadiri perayaan HUT pertama Fraksi NasDem DPR RI di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/10/2015) malam.
"Dia (kader yang melakukan korupsi) harus keluar (dari partai), nggak ada (pengecualian), termasuk diri saya, itu gambaran sumbangsih konsistensi pendidikan politik dan komitmen mengikat dengan sesungguhnya dengan kejujuran hati, jadi siapa saja (harus mundur)," kata Surya.
Pernyataan itu, kata Surya Paloh, adalah bentuk komitmennya sebagai politikus yang mendorong gerakan perubahan.
"Ini membedakan partai ini, gerakan perubahan itu tidak sekedar pemahaman."
"Dimulai dengan perilaku keteladanan, katakan dia public figure, tokoh, jadi semakin banyak hal yang harus pertimbangkan dalam kehidupan kesehariannya, ucapan perbuatannya, itu konsekuensi," jelas Surya Paloh.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Srihandriatmo Malau)