Miliki Kebutuhan Tinggi, Indonesia Hanya Punya 282 Fisikawan Medik
Jurusan ini mempelajari 3 sub-bidang dalam Fisika Medis yaitu Radiodiagnostik, Radioterapi, dan Kedokteran Nuklir.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia hanya memiliki 282 Fisikawan Medik dengan 107 tenaga di bidang Radioterapi, 160 bidang Radiodiagnostik, dan 15 fisikawan medik di bidang kedokteran nuklir.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, baru terdapat 13 universitas yang memiliki program studi Fisika Medis, berdasarkan data anggota Aliansi Institusi Pendidikan Fisika Medis Indonesia (AIPFMI).
Universitas Matana, menjadi salah satu di antaranya, di mana Prodi Fisika konsentrasi Fisika Medis ini berada di bawah Fakultas Sains, Teknologi, dan Matematika (FSTM).
Jurusan ini mempelajari 3 sub-bidang dalam Fisika Medis yaitu Radiodiagnostik, Radioterapi, dan Kedokteran Nuklir.
Kurikulum yang digunakan telah mengadopsi standar yang dikeluarkan oleh Physical Society Indonesia (PSI) dan Aliansi Institusi Pendidikan Fisika Medis Indonesia (AIPFMI).
“Peluang karir dari lulusan Fisika Medis sangat luas. Di Matana sendiri, lulusannya sudah ada yang bekerja di perusahaan alat medis, ada yang sedang dalam persiapan studi lanjut dan mempersiapkan untuk mengambil program pendidikan profesi fisikawan medik," ujar Ketua Program Studi Fisika Universitas Matana, Josua Timotius Manik.
Saat ini kebutuhan Indonesia terhadap profesi fisikawan medik cukup tinggi.
Sebagai contoh, untuk terapi kanker dibutuhkan radioterapi untuk mematikan sel kanker pada tubuh penderita.
Salah satu alat yang banyak digunakan untuk terapi ini adalah Akselerator Linear (LINAC). Dalam melakukan quality assurance dan quality control alat-alat tersebut, fisikawan medik memiliki peranan yang sangat penting.
Selain itu, fisikawan medik juga berperan dalam treatment planning system (TPS), yang mencakup pengelolaan data berkas dan perhitungan hasil planning bagi pasien yang menjalani radioterapi.
"Saat ini kami telah memiliki dan terus menambah kerjasama pendidikan dan penelitian dengan berbagai rumah sakit terkemuka di Indonesia dalam rangka untuk memberikan pengalaman belajar yang luas bagi mahasiswa kami,” ungkapnya.
Terdapat lebih dari 2.800 rumah sakit dan 1.000 klinik. Dimana terdapat 2.000 pusat radiologi dan 120 di antaranya merupakan pusat radiologi interventional yang diantaranya terdapat 16 pusat kedokteran nuklir dan 4 pusat radioterapi.
Berdasarkan data Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Indonesia membutuhkan minimal 1.500 fisikawan medik dengan perhitungan distribusinya, Jawa dan Bali membutuhkan sekitar 1.100 fisikawan medik, Indonesia bagian Barat dan Timur masing-masing membutuhkan 200 fisikawan medik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.