Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ibarat Kanker Stadium Akhir, Menkes Imbau Stunting Harus Dicegah, Bukan Diobati

Ada tiga tahapan menuju stunting menurut WHO, yaitu berat badan kurang (under weight), gizi kurang (wasting) dan baru setelah stunting.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Ibarat Kanker Stadium Akhir, Menkes Imbau Stunting Harus Dicegah, Bukan Diobati
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberi sambutan saat acara Pencanangan Insiatif Gotong Royong Untuk Pengentasan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Jakarta, Kamis (26/10/2023). Kompas Gramedia bersama Tribun Network dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) melakukan pencanangan gerakan Bersama Entaskan Stunting (BERES) dan penghargaan akselerator penurunan stunting dan kemiskinan ekstrem dengan tujuan percepatan penurunan stunting di Indonesia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin ungkap stunting seperti kanker. 

Jika anak sudah alami stunting, maka sudah sangat terlambat, sama seperti kanker stadium akhir. 

"Ini (stunting) penyakit kronis, gizi kronis. Seperti kanker stadium lima. Kemungkinan sembuh kecil banget. Harus dicegah stunting," tegasnya pada kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat (3/11/2023). 

Ada tiga tahapan menuju stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, yaitu berat badan kurang (under weight), gizi kurang (wasting) dan baru setelahnya stunting

"Supaya jangan stunting, perlu diurus sebelum kehamilan ibunya dan sesudah melahirkan," tegas Budi. 

Pemerintah sendiri telah menyiapkan berbagai program untuk mencegah stunting

BERITA REKOMENDASI

Pertama, melakukan pengukuran berat dan tinggi anak. 

"Supaya stunting tidak terjadi, anak sehat jadi negara maju, ditimbang berat dan tinggi setiap bulan," kata Budi. 

Jika timbangan tidak naik, maka hal mudah yang perlu dilakukan adalah bawa anak ke puskesmas.

Diperiksa apakah anak mengalami penyakit atau tidak. Kalau tidak ada sakit, anak diberi makanan tambahan. 

Makanan inti tetap diberikan, lalu ditambah makanan tambahan. 

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Ingatkan Ada Jutaan Anak Stunting, Jangan Sampai Jadi Kiamat Demografi

"Isinya apa? Protein hewani. Bukan biskuit, bukan mi instan, susu kental manis. Tapi harus dikasih protein hewani. Penting untuk pertumbuhan otak," kata Budi. 

Makanan tambahan ini bisa berasal dari telur, ikan hingga daging. 

Kalau berat badan kurang, maka cara ini bisa dilakukan selama empat minggu.

Upaya ini, kemungkinan 80-90 persen anak akan sembuh.

Sedangkan jika anak sudah alami kekurangan gizi, maka butuh waktu delapan minggu.

"Kalau dijalani, empat minggu kasih protein hewani untuk berat badan kurang, dan delapan minggu untuk gizi kurang, dia tidak masuk jadi stunting," papar Budi. 

"Kalau sudah stunting sudah telat. Bisa sembuh mungkin hanya 5-10 persen. Dan itu take care rumah sakit mahal. Jadi cegah stunting, jangan mengobati stunting," pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas