Teknologi Seismograf BMKG Sudah Sampai Ratusan Unit, Daryono: 3 Menit Warning Bisa jadi Golden Time
Dijelaskan Daryono, dahulu untuk menemukan titik gempa bumi membutuhkan waktu hingga setengah hari. Tapi, kini cukup tiga menit sudah bisa menemukan
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengklaim bahwa teknologi seismograf milik mereka kini sudah mencapai ratusan unit dan tersebar di seluruh Indonesia.
Diketahui seismograf merupakan alat sensor getaran yang dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran di permukaan tanah.
"Dahulu itu kita masih jarang seismograf, hanya sekitar 17 hingga 27 unit, sekarang sudah 523 unit," kata Daryono ditemui di kantor BMKG, Jakarta Pusat, Jumat (3/11/2023).
Dijelaskan Daryono, dahulu untuk menemukan titik gempa bumi membutuhkan waktu hingga setengah hari. Tapi, kini cukup tiga menit sudah bisa menemukan titik lokasi gempa bumi.
Menurutnya, hal itu menjadi modal untuk mitigasi bencana tsunami, agar masyarakat bisa selamat dari bencana tersebut.
"Karena ini menjadi modal dasar untuk memberikan warning tsunami. Karena tsunami 30 menit, 20 menit. Kalau kita bisa memberikan warning 3 menit itu akan menjadi golden time untuk bisa masyarakat menjauh dari pantai," katanya.
Terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sempat menyampaikan, ratusan unit seismograf yang dipasang di seluruh Indonesia adalah untuk mengadang jalur megathurst.
Makin banyaknya sensor seismograf yang dipasang di jalur megathrust membuat perhitungan magnitudo lebih cepat dan akurat.
Baca juga: BMKG Peringatkan Potensi Tsunami Megathrust di Selatan Pulau Jawa Terus Ada
Megathrust sendiri berarti daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi di lokasi zona subduksi. Lempeng tektonik bisa mencapai ribuan kilometer dan menjadi dasar benua dan samudera.
Lempeng tersebut bertabrakan satu sama lain atau satu lempeng didorong ke bawah lempeng yang lain di zona subduksi.
Jika sejumlah lempeng tektonik bertemu, maka bisa berpotensi terjadi gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi hingga tanah longsor.