Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Sejarah Kapal Pinisi, Warisan Budaya Tak Benda UNESCO yang Jadi Tampilan Google Doodle

sejarah kapal Pinisi, warisan budaya tak benda UNESCO, menjadi tampilan Google Doodle, hari ini, Kamis (7/12/2023).

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Sejarah Kapal Pinisi, Warisan Budaya Tak Benda UNESCO yang Jadi Tampilan Google Doodle
Kemenparekraf
Kapal Pinisi di Indonesia - sejarah kapal Pinisi, warisan budaya tak benda UNESCO, menjadi tampilan Google Doodle, hari ini, Kamis (7/12/2023). 

Pemilihan hari ini melambangkan rezeki yang ada di tangan, dan selalu mendapat rezeki.

Kapal Pinisi di Indonesia
Kapal Pinisi di Indonesia (Kemenparekraf)

Baca juga: Potret Jokowi dan Keluarga Berlibur di Labuan Bajo, Naik Kapal Pinisi dan Susuri Gua Batu Cermin

Tahap kedua pembuatan kapal pinisi masuk ke proses menebang, mengeringkan, dan memotong kayu.

Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi setiap bagian kapal pinisi.

Tahap kedua inilah yang memakan waktu lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Pada tahap ketiga adalah proses peluncuran kapal pinisi ke laut.

Namun, sebelum diluncurkan, biasanya diadakan upacara maccera lopi, atau menyucikan kapal pinisi.

Upacara ini ditandai dengan kegiatan menyembelih sapi atau kambing.

Berita Rekomendasi

Berdasarkan perhitungan, jika bobot kapal kurang dari 100 ton, maka yang disembelih adalah kambing, sedangkan kalau di atas 100 ton berarti sembelih sapi.

Itu sebabnya, rangkaian pembuatan kapal pinisi melambangkan nilai filosofi tersendiri, yakni nilai untuk bekerja keras, kerja sama, keindahan, hingga menghargai alam.

Tak heran kalau kapal pinisi masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 2017.

Ciri-ciri Kapal Pinisi

Bentuk kapal pinisi sangat mudah dikenali di perairan.

Kapal Pinisi
Kapal Pinisi (freepik)

Baca juga: Memanas, China Tuding Kapal Perang AS Masuki Areanya Secara Ilegal

Ciri khas tersebut bisa dilihat dari penggunaan 7-8 layar, serta 2 tiang utama pada bagian di depan dan belakang kapal.

Selain itu, kapal tradisional Indonesia ini juga terbuat dari kayu.

Umumnya ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat kapal pinisi.

Yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati.

(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas