Perpusnas: Indikator Tingkat Kegemaran Membaca di Indonesia Capai 66,7 Poin
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas Adin Bondar mengungkapkan angka ini meningkat 2,8 poin dibandingkan tahun 2022, yakni 63,9 poin.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil riset Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) kepada 1.300 responden mencatat indikator tingkat kegemaran membaca di Indonesia mencapai 66,7 poin.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpusnas Adin Bondar mengungkapkan angka ini meningkat 2,8 poin dibandingkan tahun 2022, yakni 63,9 poin.
"Ada peningkatan sebesar 2,8 poin, dan juga lamanya frekuensi membaca. Hasil riset 10 jam 19 menit masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan membaca," ungkap Adin melalui keterangan tertulis, Rabu (13/12/2023).
Adin mengatakan keluarga adalah pondasi awal untuk meningkatkan budaya literasi di era digital.
Keluarga merupakan pranata sosial dan sekolah pertama bagi pertumbuhan serta perkembangan kognitif emosional anak.
"Oleh karena itu sejalan dengan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan upaya menumbuhkan budaya baca ada tiga pilar, yakni keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat," tutur Adin.
Kegemaran membaca di satuan pendidikan, menurut Adin, sudah berkembang melalui sekolah maupun perguruan tinggi.
Kemudian di masyarakat ada program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), di mana perpustakaan jadi ruang terbuka bagi masyarakat.
TPBIS sudah dilakukan di 3.262 desa yang sudah bertransformasi dan melibatkan 3 juta warga termarjinalkan.
Dirinya membeberkan di masa depan melalui bonus demografi yang diproyeksikan Indonesia Emas 2045, peran keluarga sangat penting dalam menempatkan literasinya.
Di mana ada 84 juta anak akan jadi pemegang tongkat estafet di 2045.
"Konsep penguatan literasi jadi suatu edukasi baru. Perilaku masyarakat berubah dari konvensional jadi digitalisasi, hampir 78 persen terkoneksi dengan internet," pungkas Adin.