UNESCO Tetapkan Jamu Warisan Budaya Tak Benda Dunia, Pedagang Jamu Gendong Ikut Berperan
Penetapan Budaya Sehat Jamu diharapkan bisa mengangkat taraf ekonomi para Mbok Jamu yang ada di daerah-daerah di berbagai wilayah di Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Acos Abdul Qodir
"Riset melibatkan berbagai komunitas, dari Kampung Jamu Nguter, Komunitas Jamu Gendong Sumber Husodo di Mijen Semarang, hingga Laskar Jamu Gendong di DKI Jakarta," kata Jony.
Jamu adalah pengetahuan asli bangsa Indonesia yang telah digunakan dari generasi ke generasi, serta telah dikaji atas dasar pengalaman dan terbukti memberikan manfaat untuk menjaga kesehatan dan penyembuhan bagi masyarakat Indonesia.
Setelah penetapan ini, harapannya Budaya Sehat Jamu akan memberikan sumbangsih bagi berbagai aspek, seperti aspek kesehatan masyarakat, aspek sosial, hingga aspek ekonomi.
Penetapan Budaya Sehat Jamu diharapkan bisa mengangkat taraf ekonomi para Mbok Jamu yang ada di daerah-daerah di berbagai wilayah di Indonesia. Merekalah sejatinya yang menjadi pahlawan garda depan untuk melestarikan dan melakukan pewarisan jamu secara berkelanjutan.
Jika kita melihat praktek Jamu gendong, ibu jamu gendong membuat jamu yang sama setiap hari (bukan senin beras kencur,selasa kunyit asam,rabu pahitan,dan seterusnya).
Rute perjalanan ibu jamu gendong pun cenderung sama setiap hari, mengitari rute yang sama dan berhadapan dengan konsumen yang sama.
"Artinya, jamu yang dijajakan oleh ibu jamu gendong adalah jamu yang bisa dikonsumsi setiap hari. Kenapa tidak kita mengangkat Jamu sebagai suatu minuman gaya hidup seperti kopi maupun teh?," kata Jony Yuwono.
Penetapan ini, kata Joni buah doa para pedagang jamu gendong yang setiap pagi mereka bangun sebelum subuh, memulai setiap proses pembuatan jamu dengan doa tulus untuk kesehatan setiap pelanggannya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia