Indonesian Heritage Agency Dorong Optimalisasi Inovasi Pelayanan Museum Melalui Kolaborasi
Museum dan Cagar Budaya menghadirkan ruang wicara kedua yang bertajuk Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency/IHA) menghadirkan ruang wicara kedua yang bertajuk Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini yang diselenggarakan di di Gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Koordinator Komunikasi, Kemitraan, Program, dan Pengembangan Bisnis IHA, Titik Umi Kurniawati mengatakan, rangkaian kegiatan ruang wicara yang kedua merupakan wujud nyata dalam upaya IHA mengoptimalisasi inovasi pelayanan museum melalui kolaborasi berbagai pihak baik para ahli, akademisi, komunitas sejarah dan budaya serta meningkatkan partisipasi publik secara berkelanjutan.
"Mengangkat pembahasan tentang pentingnya reka ulang warisan sejarah Indonesia dalam relevansi masa kini, kami berharap rangkaian kegiatan ruang wicara IHA dapat menjadi ruang untuk mendorong pengelolaan museum yang dapat relevan dengan perkembangan zaman juga kebutuhan masyarakat dan tetap memperkuat nilai budaya dan sejarah Indonesia,” katanya.
Baca juga: Kota Semarang Raih Apresiasi Kota Pelestari Berkelanjutan Cagar Budaya dari Kemen PUPR
Kegiatan ruang wicara IHA terdiri dari dua sesi utama, sesi pertama membahas terkait 'Mencari Makna Baru dalam Cerita Masa Lalu' dan sesi kedua yang membahas tentang 'Menggabungkan Narasi Kebudayaan Melalui Wahana Tanpa Batas'.
Ruang wicara kedua menghadirkan berbagai perwakilan ahli, pakar, dan juga praktisi budaya dan sejarah seperti Christopher Reinhart, Wendi Putranto, Siti Alisa, Alia Swastika, Alex Sihar, dan dipandu oleh Anneke Prasyanti dan Jaka Perbawa.
Christopher Reinhart yang merupakan seorang sejarawan mengatakan, apa yang terjadi saat ini memiliki relevansi yang erat dengan sejarah masa lalu, hanya saja ada banyak sekali fakta sejarah kolonialisme yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.
"Sehingga pemahaman yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek sejarah kolonialisme yang belum banyak diketahui oleh masyarakat menjadi poin penting,” kata Christopher.
Dikatakannya, adanya berbagai perspektif yang berbeda dalam melihat sejarah kolonialisme di Indonesia berdampak pada bagaimana masyarakat Indonesia memahami sejarah dan melestarikannya.
"Sehingga hadirnya Indonesian Heritage Agency sebagai badan layanan umum dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi diharapkan dapat menghadirkan ruang edukasi sejarah dari berbagai perspektif dengan menghadirkan upaya dan inovasi yang relevan dengan generasi muda Indonesia saat ini," katanya.
Di sesi kedua, ruang wicara IHA membahas lebih mendetail terkait pentingnya menggabungkan berbagai inovasi untuk menggaungkan narasi kebudayaan seperti dengan memanfaatkan Art Exhibition ataupun Film sebagai media narasi warisan budaya yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia dengan memaksimalkan pemanfaatan Dana Abadi Kebudayaan Indonesia.
Baca juga: Kepala Museum dan Cagar Budaya: Koleksi di Museum Nasional Masih Utuh dan Bisa Diidentifikasi
Dana Abadi Kebudayaan, seperti yang dijelaskan oleh Alex Sihar, Tenaga Ahli Kebijakan Publik Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek dalam presentasinya pada sesi kedua Ruang Wicara II Indonesian Heritage Agency, merupakan sumber pendanaan yang secara khusus ditujukan untuk memajukan kebudayaan di Indonesia yang dikelola oleh Dana Indonesiana.
Fokusnya mencakup penjaminan keberlanjutan program pemajuan kebudayaan, dengan ruang lingkup penggunaan dana yang difokuskan pada memfasilitasi inisiatif masyarakat dalam upaya pemajuan kebudayaan.
"Pada tahun 2020, total penerima manfaat fasilitas bidang kebudayaan mencapai total 196 penerima manfaat, jumlah tersebut terus meningkat cukup pesat di tahun 2022 yang mencapai 300 penerima yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia," katanya.
Dana Abadi Kebudayaan memberikan hibah dukungan program kepada berbagai kategori program layanan dalam kerangka Dana Indonesiana.
Baca juga: Arca Ganesha Tiba di Indonesia, Kemdikbudristek Bentuk Unit Museum dan Cagar Budaya
Program-program tersebut mencakup dukungan institusional bagi organisasi kebudayaan, proyek Maestro, pendayagunaan ruang publik, Sinema Mikro, kegiatan strategis, dokumentasi karya/pengetahuan Maestro atau Organisasi Pemasyarakatan Kebudayaan (OPK) yang rawan punah, penciptaan karya kreatif inovatif, serta dana pendamping karya untuk distribusi internasional maupun stimulan karya unggulan.
Dana Abadi Kebudayaan juga mencakup kajian objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya, menunjukkan komitmen dalam mendukung beragam inisiatif yang bertujuan untuk memperkaya kehidupan kebudayaan di Indonesia.
“Dibentuknya Indonesian Heritage Agency sebagai BLU yang mendukung pengelolaan museum dan dengan adanya dana kebudayaan yang dikelola oleh Dana Indonesiana ini, diharapkan dapat memberikan dukungan yang signifikan untuk memastikan kelangsungan dan keberlanjutan berbagai program kebudayaan serta mendorong inisiatif masyarakat yang berpotensi memperkaya kehidupan kebudayaan di Indonesia,” tambah Alex.
Ruang wicara "Road to Warna Baru Warisan Budaya - Shifting Cultures, Reimagining Museums" masih akan dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2023 mendatang. Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut atau berpartisipasi dalam kegiatan ini, kunjungi laman ini.