Scholars of Sustenance Klaim Selamatkan 8,3 Juta Ton Limbah Makanan
Jika makanan sisa diolah dengan baik hal tersebut dapat membantu banyak orang dan menyelamatkan ketahanan pangan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membuang atau menyisakan makanan masih sering dilakukan masyarakat Indonesia. Jika makanan sisa diolah dengan baik hal tersebut dapat membantu banyak orang dan menyelamatkan ketahanan pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan, kebiasaan masyarakat Indonesia membuang makanan disoroti dunia karena dalam setahun masyarakat Indonesia membuang makanan sebanyak 23-48 ton.
"Kerugian ekonomi setara dengan Rp 231-Rp551 Triliun," kata Arief di Forum Data Nasional di Menara Denaraksa, Jakarta.
Berdasarkan data BPS dan data dunia menyebutkan makanan yang terbuang kurang lebih 30 persen dan prosentase di Indonesia kurang lebih sama.
Di Indonesia dengan yang terbuang kurang lebih 30 persen setara memberikan makan kepada 61 juta penduduk Indonesia.
Baca juga: Emiten TOBA Ekspansi Bisnis ke Pengolahan Limbah Medis Hingga Baterai Listrik
Berbagai upaya dilakukan untuk mengolah limbah makanan yang salah satunya dilakukan oleh Scholars of Sustenance (SOS), organisasi lingkungan non profit global ini.
Pendiri Scholars of Sustenance Bo H Holmgreen mengatakan, pihaknya secara konsisten memberantas limbah makanan dan ketahanan pangan di seluruh dunia di 3 negara yakni Thailand, Indonesia, dan Filipina.
Sepanjang beroperasi di kawasan Asia Tenggara memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat, SOS menyelamatkan 8,3 juta ton makanan surplus yang mengejutkan atau setara dengan hampir 35 juta orang.
"Setelah beroperasi 6 tahun yang luar biasa di Bali, kami memperluas operasinya di Jakarta," katanya saat grand launch menandai bulan ke-6 operasi SOS di Jakarta belum lama ini.
Baca juga: Lakukan Diversifikasi Bisnis, KAI Logistik Mulai Jalankan Angkutan Limbah B3
SOS memperluas misi ke Jakarta untuk meningkatkan jangkauan dan efek perubahan positif dalam sistem makanan di Indonesia.
Setelah peluncuran operasi penyelamatan makanan di Jakarta 14 Juni 2023 lalu dengan satu truk pendingin, kami telah memimpin kemitraan dengan banyak hotel, produsen, masjid dan toko ritel.
Hal ini memungkinkan penyediaan makanan bergizi ke banyak komunitas rentan di kota.
"Kami ingin menciptakan ekuitas makanan di masyarakat dan perluasan ini akan memungkinkan kita untuk membantu lebih banyak orang," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.