Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nur Iswan: Megawati adalah Ibu Bangsa, Penjaga Martabat Konstitusi dan Kebebasan

Pesan tersirat dari pidato Megawati yang pertama dan utama bermakna penegasan kembali bahwa negara ini adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan.

Editor: Content Writer
zoom-in Pengamat Nur Iswan: Megawati adalah Ibu Bangsa, Penjaga Martabat Konstitusi dan Kebebasan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik saat acara HUT ke-51 PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta, Rabu (10/1/2024). HUT ke-51 PDIP tersebut bertemakan Satyam Eva Jayate, Kebenaran Pasti Menang. 

TRIBUNNEWS.COM - Pidato Megawati Soekarnoputri pada HUT PDIP ke-51 amat layak mendapat pujian dan apresiasi. Muatannya sangat penting dan berotot sebagai pencerahan dan pendidikan politik bagi bangsa, terlebih dalam situasi sekarang ini.

Pandangan tersebut disampaikan oleh Nur Iswan, Pengamat Kebijakan dan Bisnis pada Jumat (12/1/2024).

"Dalam situasi krusial, Megawati lagi-lagi menunjukan kelasnya sebagai Negarawati. Ia menjadi Ibu Bangsa sekaligus penjaga martabat konstitusi, etika, hukum dan iklim demokrasi!” kata Iswan.

Pesan tersirat dari pidato Megawati, lanjut Iswan, adalah pertama dan yang utama bermakna penegasan kembali bahwa negara ini adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan.

"Bu Mega seperti sedang mengingatkan dengan sangat keras terutama kepada elite agar kembali kepada nurani dan etika. Jangan menjalankan kekuasaan dengan ugal-ugalan atau semau-maunya," jelasnya.

Baca juga: Anies Puji PDIP dan Megawati, Sebut Konsisten Jaga Demokrasi, Ungkit Wacana Presiden 3 Periode

Megawati adalah salah satu teladan dalam berpolitik dan bernegara, lanjut Alumni School of Publick Policy and Administration, Carleton University, Canada, ini.

"Beliaulah yang memandu Reformasi 89-98 lalu bersama Gus Dur, Sultan Jogja, Amien Rais, bersama yang lainnya. Salah satu tujuan reformasi kan tegaknya etika kepemimpinan, Hukum yang kokoh dan adil serta kebebasan atau demokrasi yang sehat," ucapnya.

Berita Rekomendasi

Menurut Iswan, sebagai tokoh reformasi dan demokrasi, Megawati tampak prihatin, masygul, juga seperti terlukai oleh perkembangan politik dan hukum akhir-akhir ini.

"Sindirannya kan terang benderang. Demokrasi dan tegaknya hukum adalah cita-citanya. Tapi seperti mundur ke belakang saat ini," urai Iswan.

Kedua, Iswan memberi penjelasan lebih lanjut, ketika tahun 2004 pada saat ia menjadi Presiden petahana dan maju kembali dalam Pilpres 2004.

"Sebagai Presiden ia memberi contoh baik yakni tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Di Pilpres 2014, pada saat ia masih punya kesempatan maju kembali, ia memilih mendorong Jokowi," ungkap Iswan.

Lebih lagi Iswan mengatakan, pada Pilpres kali ini, Megawati tidak mendorong putrinya, Puan Maharani, yang sesungguhnya layak sebagai Capres PDIP.

"Malah, ia mendorong Ganjar. Itu bukti konkret sebagai Negarawati. Karena kepemimpinan negara bukan milik pribadi yang bisa diwariskan,” tutur Iswan.

Baca juga: Ganjar: Seruan Tegas Megawati Picu Semangat Kader dan Relawan Paslon 3 Turun ke Akar Rumput

Ketiga, lanjutnya, Megawati memandang bahwa kebebasan dalam demokrasi dan kesamaan di hadapan hukum adalah hal yang perlu dijaga.

"Dalam bahasa sederhana, Megawati menghendaki Rakyat agar bebas menggunakan hal pilihnya. Jangan diintimidasi. Apalagi diintimidasi oleh aparat negara. Netralitas TNI-Polri diminta dilaksanakan sungguh-sungguh," tafsir Iswan.

Terakhir, kata Iswan, Megawati secara sederhana memberi ilustrasi mengagumkan bahwa Pemimpin itu ibarat payung.

"Payung itu adalah analogi kepemimpinan bagi Megawati. Simbol untuk melindungi dan mengayomi seluruh warga negara," tutup Iswan. (***Yose***)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas