Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Tengah Anjloknya Harga, Bos IBC Sebut Permintaan Nikel Terus Meningkat

Indonesia dengan kapasitas produksi yang besar dan sumber daya nikel yang melimpah, berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan tren ini.

Editor: Content Writer
zoom-in Di Tengah Anjloknya Harga, Bos IBC Sebut Permintaan Nikel Terus Meningkat
Dok. Istimewa
Salah satu perusahaan smelter nikel di Kawasan Industri Pulau Obi. 

TRIBUNNEWS.COM - Harga nikel dunia tengah mengalami tren penurunan sejak Maret 2022 ketika berada pada posisi tertingginya yakni US$47.587 per ton. Berdasarkan situs Trading Economics, pada Rabu (24/1/2024) harga nikel dunia tercatat US$15.765 per ton. Meski demikian, Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho tetap percaya diri permintaan nikel untuk pasar baterai kendaraan listrik menunjukkan peningkatan.

Toto melansir data WoodMac 2023 yang menyebut kebutuhan nikel untuk industri baterai sekitar 480 kilo ton (kt) atau sekitar 15 persen konsumsi nikel global. Wood Mackenzie atau WoodMac sendiri adalah sebuah perusahaan konsultan global untuk energi terbarukan, energi, dan sumber daya alam. Layanan Wood Mackenzie mencakup data, analisis, wawasan, acara, dan konsultansi.

"Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2030 kebutuhan nikel untuk industri baterai sebesar 1.260 kt atau sekitar 26% konsumsi nikel global," kata Toto pada Rabu, 24 Januari 2024, dikutip dari rilis Media center Indonesia Maju.

Peningkatan permintaan ini, lanjut Toto didorong oleh komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari transisi energi bersih.

"Dengan komitmen global untuk mengurangi emisi dan mengadopsi kendaraan listrik, permintaan untuk baterai EV akan terus meningkat, yang pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap nikel," ujar Toto.

Baca juga: Pertanyakan Keberpihakan Paslon AMIN terhadap Nikel RI, Gibran: Kenapa Promosikan LFP Produk China?

Lebih lanjut, Indonesia dengan kapasitas produksi yang besar dan sumber daya nikel yang melimpah, berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan tren ini. Indonesia dapat terus memperkuat perannya sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan baterai EV global, tidak hanya memenuhi permintaan domestik tetapi juga kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan global akan nikel berkualitas tinggi.

"Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, memainkan peran kunci dalam menyediakan nikel berkualitas yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai lithium-ion, yang merupakan komponen vital untuk baterai kendaraan listrik. Nikel meningkatkan densitas energi baterai yang sangat penting untuk meningkatkan jangkauan dan efisiensi EV," papar Toto. 

Berita Rekomendasi

Sebelumnya ramai diberitakan turunnya harga nikel dunia ini salah satunya dinilai karena dunia "kebanjiran" pasokan nikel RI. Co-Captain Timnas Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) Thomas Lembong (Tom Lembong) menyebut, anjloknya harga nikel saat ini dikarenakan hilirisasi nikel di Indonesia yang ugal-ugalan.

Baca juga: Cadangan Nikel Indonesia Terbesar di Dunia, Gibran: Hilirisasi Harus Dilanjutkan dan Diperluas

Pasar nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) global menunjukkan tren yang meningkat. Menurut data WoodMac tahun 2023 kebutuhan nikel untuk industry baterai sekitar 480 kt atau sekitar 15% konsumsi nikel global. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2030 kebutuhan nikel untuk industri baterai sebesar 1260 kt atau sekitar 26% konsumsi nikel global.

Nikel telah menjadi salah satu sumber daya mineral yang strategis di pasar global, karena bahan baku penting untuk industri baterai kendaraan listrik dan pembangkitan energi geotermal. Permintaannya pun diprediksi akan meningkat seiring tingginya tren energi baru-terbarukan (EBT).

Berdasarkan prediksi International Energy Agency (IEA), permintaan nikel untuk teknologi bersih akan berkembang hingga 20 kali lipat sampai 2040. Diperkirakan, penjualan nikel dari Asia Tenggara pada 2030 mencapai 36,6 miliar dolar AS dan meningkat lagi hingga 40,8 miliar dolar AS pada 2050. Indonesia, sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di dunia, akan menjadi negara yang paling diuntungkan dengan tingginya permintaan ini.

Adapun LFP diperkirakan bakal mendominasi pasar global pada 2027. Namun, permintaan terhadap LFP diyakini tidak akan menurunkan permintaan terhadap nikel. Sebabnya, nikel akan menjadi bahan baku dasar untuk baterai listrik kendaraan besar, seperti bus dan truk. Sedangkan LFP akan diminati menjadi bahan baku kendaraan pribadi. (*)

Baca juga: Hilirisasi Nikel Berdampak Positif, Analis Proyeksi Kinerja Antam Tumbuh 10 Persen

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas