Setara Institute: Depok dan Cilegon jadi Kota dengan Toleransi Terendah
Depok dan Cilegon menjadi kota dengan skor toleransi paling rendah. Depok hanya meraih skor 4,010, sementara Cilegon dengan skor 4,193.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setara Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2023.
Dalam laporannya, Setara Institute mencatat beberapa kota dengan skor toleransi rendah.
Depok dan Cilegon menjadi kota dengan skor toleransi paling rendah. Depok hanya meraih skor 4,010, sementara Cilegon dengan skor 4,193.
Baca juga: Indahnya Toleransi Perayaan Natal dan Tahun Baru di Kalibata
Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan, mengungkapkan penempatan kedua kota tersebut dalam urutan paling buncit, karena kurangnya kepemimpinan dalam pembangunan ekosistem toleransi.
"Memang ada beberapa kota yang saya kira mereka punya persoalan sangat serius karena tadi tiga elemen kemimpinan untuk membangun ekosistem toleransi itu tidak ada. Ada, ya tidak semuanya, tapi barangkali dari tiga itu bisa dua atau bahkan ketiga-tiganya kemimpinan tidak terlaksana, tidak terbangun dengan baik di daerah itu," ujar Halili di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Halili mengungkapkan Kota Depok masuk peringkat kota dengan skor terendah, karena tidak adanya kepemimpinan sosial.
Baca juga: Hadiri Puncak Hari Natal Nasional, Jokowi: Kita Beruntung Mampu Jaga Toleransi Dalam Keberagaman
Sementara kepemimpinan politik di Depok juga cenderung konservatif.
"Di Depok itu kan kemimpinan sosial relatif tidak ada. Di tengah kemimpinan politik yang sangat konservatif, kemudian birokrasinya juga tidak punya inisiatif," tutur Halili.
Sementara Kota Cilegon, Halili mengungkapkan kepemimpinan pemerintah daerah tidak mendorong terbentuknya ekosistem toleransi.
Halili menyontohkan kebijakan pelarangan rumah ibadah agama minoritas yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Cilegon.
"Misalnya saya kasih contoh, Cielgon. Saya kira satu-satunya di Republik ini ada kota yang tidak boleh minoritas itu mendirikan tempat ibarat. Satu-satunya, ya kan? Mana? Cek gereja. Apalagi yang lain-lain. Jadi padahal itu bagian di Republik kan, itu bagian di Indonesia," pungkas Halili.
Menurut Halili, kepemimpinan politik dan sosial menjadi kunci terbentuknya kota yang toleran.
"Kalau kota-kota itu berada di bottom ten, poin paling kuncinya adalah pasti kemimpinan politik tidak berjalan. Kemimpinan sosial tidak bekerja di situ, kemudian kemimpinan birokrasi juga tidak bekerja di situ," pungkas Halili.
Seperti diketahui, Singkawang dan Bekasi menjadi kota paling toleran pada tahun 2023 pada IKT 2023.