Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Keamanan Ingatkan Potensi Keterlibatan dan Intervensi Asing dalam Pilpres 2024

Ia menduga ada operasi intelijen Amerika Serikat dan Rusia dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.

Penulis: Erik S
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Pengamat Keamanan Ingatkan Potensi Keterlibatan dan Intervensi Asing dalam Pilpres 2024
Tribun Jogja/Suluh Pamungkas
Ilustrasi Pemilu 2024. Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menduga adanya keterlibatan atau intervensi asing dalam Pilpres 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menduga adanya keterlibatan atau intervensi asing dalam Pilpres 2024.

Hal itu dapat terlihat dari dinamika politik tanah air yang berlangsung dalam dua pekan terakhir.

Ia menduga ada operasi intelijen Amerika Serikat dan Rusia dalam pesta demokrasi lima tahunan ini.

Menurutnya, aktor intervensi asing dapat berupa negara secara langsung maupun tidak langsung atau institusi non-pemerintah serta perpanjangan tangan asing yang direkrut dari warga asing hingga warga lokal.

"Amerika Serikat dan Rusia sedang memperjuangkan kepentingannya di Pilpres 2024 melalui perpanjangan tangannya di Indonesia. Bisa disebut aktor atau agen di timses. Satu praktisi ekonomi yang belum lama ini ke Amerika Serikat untuk menggalang dukungan dan satunya lagi praktisi pertahanan keamanan yang dekat dengan Rusia bahkan sudah bertemu Putin dan sering mengunggah kedekatannya dengan Rusia di media sosial," kata R Haidar Alwi, Rabu (7/2/2024) malam.

Menurutnya, salah satu bentuk intervensi asing di zaman modern yang marak dan harus diwaspadai adalah propaganda negatif.

Sebab, dengan propaganda negatif, upaya mempengaruhi masyarakat dapat dilakukan jauh lebih halus dan tidak mencolok dibanding dengan cara-cara tradisional.

Berita Rekomendasi

Propaganda negatif dapat masuk dan berkembang dengan mudah di Indonesia karena selain jumlah pengguna internetnya yang sangat banyak dengan tingkat kecerdasan yang terbatas, juga masyarakatnya yang beragam dan jauh lebih kompleks.

Masyarakat dengan mudah menerima dan mempercayai informasi yang masuk tanpa menyelidiki atau mengujinya lebih lanjut, cenderung mencari pembenaran daripada mencari kebenaran yang sesungguhnya.

"Masyarakat Indonesia mengambil keputusan berdasarkan trending di Twitter atau X, fyp di Tiktok dan media sosial lainnya. Konten yang trending dan fyp dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak yang harus diikuti. Ini yang membuat Indonesia menjadi sasaran empuk intervensi asing melalui propaganda negatif," papar R Haidar Alwi.

Propaganda negatif yang dilakukan dengan gencar dan terus-menerus, pada akhirnya dapat menimbulkan rasa percaya dan meyakinkan orang atas pesan yang disampaikan.

Akibatnya, kalangan terpelajar dan terdidik pun terkecoh dan terpedaya untuk diarahkan menyerang kelompok yang tidak didukung asing tersebut atau memilih kelompok yang didukungnya.

Sebagai contoh, katanya, teknik propaganda negatif yang dipakai dan dikembangkan Rusia berhasil membantu Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilu Amerika Serikat tahun 2016.

Padahal, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi terbesar yang masyarakatnya dikenal cerdas dan logis dalam mengambil keputusan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas