Jadwal Puasa Nisfu Syaban 2024, Lengkap dengan Bacaan Niat dan Keutamaannya
Berikut jadwal puasa sunnah Nisfu Syaban 2024 lengkap dengan bacaan niat dan keutamaannya, sesuai dengan hadist dan anjuran Rasulullah SAW.
Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Berikut jadwal puasa sunnah Nisfu Syaban 2024 lengkap dengan bacaan niat dan keutamaannya.
Puasa Nisfu Syaban 2024 adalah puasa yang dianjurkan bagi umat muslim pada hari isitimewa yang berada di pertengahan bulan Syaban.
Berdasarkan hadist Rasulullah riwayat Usamah bin Zaid RA, puasa sunnah Nisfu Syaban 2024 dianjurkan karena pada saat itu aaml manusia diangkat ke langit Allah SWT.
Dalam riwayat lain Aisyah berkata:
كَانَ أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَصُومَهُ شَعْبَانَ، ثُمَّ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ
“Bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa sunah adalah bulan Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan.” (HR. Abu Daud no. 2431 dan Ibnu Majah no. 1649)
Jadwal Puasa Nisfu Syaban 2024
Nisfu Syaban berarti hari pertengahan bulan Syaban, yakni tanggal 15 Syaban 1445 Hijriah.
Artinya malam Nisfu Syaban jatuh pada tanggal 14 Syaban malam.
Berdasarkan kalender Hijriah Kemenag, malam Nisfu Syaban jatuh pada Sabtu, 24 Februari 2024.
Jadi puasa Nisfu Syaban dapat dilakukan pada hari berikutnya yakni Minggu, 25 Februari 2024.
Baca juga: Malam Nisfu Syaban 2024 Jatuh pada 24 Februari, Ini Bacaan Niat Salat Sunah Nisfu Syaban
Bacaan Puasa Nisfu Syaban 2024
Sebelum menjalankan ibadah puasa sunnah Nisfu Syaban 2024, umat muslim sebaiknya membaca doa niat puasa terlebih dahulu.
Berikut bacaan niat puasa Nisfu Syaban yang dapat dibaca:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: "Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnati Sya'bana lillâhi ta'âlâ."
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Sya'ban esok hari karena Allah SWT."
Keutamaan Puasa Nisfu Syaban 2024
Dilansir dari laman pondok Pesantren Lirboyo, dalam sebuah hadis diceritakan, ketika Sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW perihal puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, Rasulullah SAW menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Bulan (Sya’ban) itu adalah bulan yang banyak dilupakan manusia, di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan sekalian alam. Maka aku senang amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa.” (Lihat: An-Nasa’i, As-Sunan Al-Kubra Li An-Nasa’i, III/176)
Sebagai salah satu malam yang memiliki peran urgen dalam keberlangsungan umat manusia, Allah SWT juga menjanjikan besarnya ampunan yang diberikan-Nya pada malam itu.
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah SAW pernah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT memperhatikan pada malam Nisfu Sya’ban. Maka Dia memberi ampunan kepada semua makhluk-Nya, kecuali kepada orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (Lihat: Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, I/445)
Dilansi dari laman PN Cilacap, Dari Ummu Salamah R.A berkata:
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi no. 726, An-Nasai 4/150, Ibnu Majah no.1648, dan Ahmad 6/293)
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis: “Hadits ini merupakan dalil keutamaan puasa sunah di bulan Sya’ban.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari)
Imam Ash-Shan’ani berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram, 2/239)
Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban (sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh.
Hal ini selaras dengan hadits Aisyah yang telah ditulis di awal artikel ini, juga selaras dengan dalil-dalil lain seperti:
Dari Aisyah RA berkata: “Aku tidak pernah melihat beliau SAW lebih banyak berpuasa sunah daripada bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruh harinya, yaitu beliau berpuasa satu bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa) hari.” (HR. Muslim no. 1156 dan Ibnu Majah no. 1710)
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa (sunah) sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali jika seseorang telah biasa berpuasa sunnah (misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Daud) maka silahkan ia berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082)
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)