Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Keragaman Budaya, Cap Go Meh Wujud Ungkapan Rasa Syukur Masyarakat Tionghoa

Berasal dari dialek Hokkien yang bermakna malam ke-15 dan selalu jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Keragaman Budaya, Cap Go Meh Wujud Ungkapan Rasa Syukur Masyarakat Tionghoa
ist
Ketua Umum WBI Foundation Yanti Airlangga mengatakan Cap Go Meh wujud ungkapan rasa syukur. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh sebagai bagian rangkaian imlek yang paling ditunggu.

Berasal dari dialek Hokkien yang bermakna malam ke-15 dan selalu jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh menjadi rangkaian penutup acara tahun baru Cina.

Baca juga: Momen Cap Go Meh, Wilson Anthony Chandra Dilantik Sebagai Ketua DPD KCBI Lampung

Terkait hal tersebut, Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia (WBI) Foundation, Yanti Airlangga menganggap wajar perayaan Cap Go Meh digelar secara meriah.

"Bagi masyarakat Tionghoa sendiri, hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur agar segala urusan dan keinginan di masa mendatang dapat berjalan lancar," kata Yanti dalam keterangan tertulis, Sabtu (24/2/2024).

Diketahui, WBI Foundation menggelar Cap Go Meh di Majapahit Lounge, The Dharmawangsa pada Jumat (23/2/2024)  Acara itu digelar sebagai ungkapan kebahagiaan dan kebanggaan akan keragaman budaya.
Dalam acara tersebut para undangan akan mengenakan busana Peranakan. 

"Busana dengan gaya Peranakan adalah asimilasi budaya Tiongkok dengan Indonesia, salah satunya kebaya encim, yang biasa dikenakan perempuan Tionghoa yang telah menikah," kata Anggota WBI Didi Budiarjo.

Baca juga: Mengenal Arti Cap Go Meh dan Alasan Lontong Jadi Makanan Khas Saat Cap Go Meh

Kebaya encim ini biasanya dipadukan dengan kain batik dari berbagai daerah di Jawa seperti Semarang, Lasem, Tuban, Surabaya, Pekalongan, dan Cirebon. 

Berita Rekomendasi

Motif-motif batik dari daerah. Dominan dengan warna-warna yang cerah ditampilkan seperti merah muda, kuning, ungu, oranye, biru, serta hijau. 

Motif yang banyak ditonjolkan adalah motif bunga dan burung merak.

Pakaian lain yang juga menjadi ciri khas peranakan adalah Cheongsam,  salah satu jenis kostum tradisional perempuan Cina. Di Indonesia, Cheongsam menjadi kaya karena dibuat dengan perpaduan kain batik Indonesia, yang motifnya mendapat pengaruh  dari kebudayaan Cina.

Acara tersebut juga menampilkan peragaan busana dari beberapa disainer WBI Nita Seno Adji, Putroh, Putri Pare, Wilsen, Ghea Sukasah, Mel Ahyar, Carmanita, Didi Budiardjo, Danny S & Denny Wirawan. Acara Cap Go Meh juga menghadirkan karya dari Akhsan, Jana, Tiyasa, EPA, Eko Kemenko dan Mariko. Semua dikemas dalam sentuhan budaya Peranakan yang kental dan menawan.

Sementara itu, pengurus WBI Sjamsidar Isa, menyampaikan lazimnya acara Cap Go Meh, acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional Tionghoa.

Baca juga: 7 Perayaan Cap Go Meh 2023 di Kota-kota Indonesia, Mulai Singkawang, Tanjungpinang, hingga Makassar

Acara Cap Go Meh sekaligus menjadi momen peresmian Galery WBI Store di Bimasena. 

"Di galeri yang berlokasi di Majapahit Lounge ini, nantinya pengunjung bisa melihat dan membeli aneka produk wastra dan kerajinan budaya Indonesia yang merupakan karya UMKM budaya. Galeri WBI juga diharapkan bisa menjadi tempat pecinta budaya berkolaborasi menampilkan karya-karya mereka," kata Sjamsidar. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas