Desak Israel Hentikan Genosida, MUI Sorot Abstainnya AS Dalam Resolusi DK PBB Soal Gaza
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan sikap AS di luar dugaan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menuntut Israel melakukan gencatan senjata segera di Gaza, Palestina.
Menanggapi hal ini, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional (HLNKI), Prof Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan, sikap Amerika Serikat yang melakukan abstain ini di luar dugaan, karena sebelumnya Amerika Serikat menggunakan hak vetonya.
"Sikap Abstain yang dilakukan Amerika Serikat ini di luar dugaan dan di luar kebiasaan, yang terjadi sebelum-sebelumnya Amerika Serikat itu melakukan veto, dan sikap Amerika Serikat ini tentu membuat kekecewaan besar bagi pihak Israel,” ujar Prof Sudarnoto melalui keterangan tertulis, Jumat (29/3/24).
Sudarnoto meminta agar para tentara Israel (IDF) segera menarik barisan dari Palestina dan menghentikan aksi-aksi genosida yang selama ini dilakukan.
Menurutnya, dengan resolusi dan sikap Abstain Amerika Serikat, maka ada tuntutan seperti yang tertulis dalam diskusi, yaitu tuntutan agar IDF segera tarik mundur barisan dari Gaza.
Baca juga: Intelijen Israel: Berbulan-bulan Gempuran Total di Gaza, Hamas Mustahil Dihancurkan
"Jadi tidak ada lagi pasukan di Palestina maupun di Gaza dan tidak ada lagi aksi-aksi genosida. Selanjutnya, harus segera melakukan pembebasan terhadap tawanan perang,” katanya.
Sikap abstain yang dilakukan Amerika Serikat pada resolusi PBB, menurut Sudarnoto, merupakan satu jalan paling aman di antara pilihan-pilihan yang sebetulnya sangat berisiko.
Baca juga: AS: Resolusi DK PBB Tidak Mengikat Israel, Hamas Bersumpah Tak Akan Lepaskan Sandera
"Saat ini Amerika sedang di posisi yang dilematis, satu sisi dia tidak ingin kehilangan Israel yang berarti juga tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Timur Tengah, tetapi pada sisi lain isu kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu genosida yang sudah sangat berlebih-lebihan ini membuat Amerika Serikat juga mulai kehilangan trust publik secara internasional,” ungkapnya.
“Secara moral di mata publik sebenarnya Amerika Serikat sudah runtuh. Maka, Amerika Serikat berkeinginan situasi keruntuhan moral atau kehilangan trust secara internasional itu jangan sampai berkelanjutan. Karena itu dia mengambil sikap untuk berhati-hati dengan cara abstain, dengan abstain ini memberikan jalan yang lebih lunak,” tambahnya.
Seperti diketahui, Dewan Keamanan PBB untuk kali pertama pada Senin (25/3/2024) menuntut gencatan senjata segera di Gaza.
Itu terjadi setelah Amerika Serikat, sekutu Israel yang memveto rancangan sebelumnya, memilih abstain.
Mendapat tepuk tangan meriah di Dewan Keamanan yang biasanya tenang, ke-14 anggota lainnya memberikan suara mendukung resolusi yang "menuntut gencatan senjata segera" untuk bulan suci Ramadhan yang sedang berlangsung.
Resolusi tersebut menyerukan agar gencatan senjata mengarah pada "gencatan senjata yang langgeng dan berkelanjutan" dan menuntut agar Hamas dan kelompok lainnya membebaskan para sandera yang diculik dalam serangan 7 Oktober.
"Pertumpahan darah telah berlangsung terlalu lama," kata Amar Bendjama, Utusan Aljazair, anggota Dewan Keamanan blok Arab saat ini.
Aljazair diketahui merupakan sponsor resolusi tersebut bersama dengan berbagai kelompok yang mencakup Slovenia, Swiss, Jepang, dan Korea Selatan.