Pakar Sebut Tol Bocimi Masuk Daerah Rawan Pergerakan Tanah di Jawa Barat
Tol Bocimi dibangun di perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng bervariasi, mulai landai hingga agak curam.
Penulis: willy Widianto
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cuaca ekstrem selama periode peralihan musim (pancaroba) ditengarai menjadi penyebab utama amblasnya Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) pada Rabu malam lalu.
Hujan yang kerap terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat, adalah pemicu bencana hidrometrologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Tol Bocimi menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat yang rentan terhadap bencana tanah longsor.
Tol Bocimi dibangun di perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng bervariasi, mulai landai hingga agak curam.
Berdasarkan peta prakiraan Gerakan Tanah bulan April 2024, lokasi ini masuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi.
Kelapukan tanah yang cukup tebal dan kemiringan lahan yang agak curam, membuat hujan dengan intensitas tinggi dan cukup lama sebagai pemicu terjadinya bencana.
"Ada rongga-rongga atau retakan di dalam tanah, yang saat hujan terisi air dan menyebabkan tanah mengembang, lalu mengakibatkan pergerakan tanah," kata Pakar Bencana Dr. Muhammad Hidayat dalam pernyataannya, Sabtu(6/4/2024).
"Apalagi kalau kita lihat, kondisi tebing di lokasi kejadian memang agak curam dan memperbesar gaya dorong," tambah Hidayat.
Tiga kendaraan yang melaju dari arah Jakarta mengalami kecelakaan di tol Bocimi satu MPV masuk lubang sedalam 15 meter, dan dua lainnya menabrak median jalan, akibat amblas yang terjadi. Seluruh korban dievakuasi dengan lancar tanpa korban jiwa.
Saat ini, tengah dilakukan analisis untuk perbaikan di Tol Bocimi.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berencana untuk membangun pondasi penahan sebagai upaya perbaikan temporer, agar jalur yang tidak terdampak longsor dapat dilalui pemudik.
"Selain perbaikan, perlu ada cek dan analisis wilayah di sekitar Tol Bocimi, untuk siaga mengamati retakan-retakan yang terjadi--karena longsor tidak terjadi secara tiba-tiba, ada tanda-tandanya. Selain itu, harus ada rambu atau tanda khusus di sekitar area rawan bencana longsor, agar pengguna jalan dapat meningkatkan kewaspadaan," kata Hidayat.
Sementara itu Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Dr. Abdul Muhari, S.Si., M.T menyebut sebetulnya kondisi amblas di tol memang jamak terjadi.
Beberapa tahun lalu Cipularang juga mengalami hal ini. Tidak hanya di jalan tol, secara umum wilayah tengah hingga selatan pulau Jawa memang cukup rawan amblas dan longsor, apalagi ditambah cuaca ekstrem di sepuluh hari pertama bulan April.
Baca juga: Pasca Longsor, Tol Bocimi Ruas Cigombong-Cibadak Akan Beroperasi Fungsional Saat Mudik Lebaran 2024
Karena itu saat ini momen lebaran, pemudik diharapkan bisa lebih waspada dan menghindari berkendara dalam kondisi hujan. Hujan yang berlangsung lebih dari satu jam meningkatkan risiko amblas dan longsor.
"Beristirahat di Rest Area menjadi pilihan terbaik jika kondisi cuaca kurang bersahabat, agar mudik tetap selamat," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.