Berani Kritik Pemerintahan Jokowi, Pakar Hukum: Kita Mestinya Lebih Takut Demokrasi yang Pincang
Bagi Feri Amsari, yang penting menyelamatkan demokrasi dari kerusakan dan kepincangan seperti yang kemungkinan terjadi di pemerintah berikutnya
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari kerap mengkritik kebijakan pemerintah atau manuver yang dilakukan oleh elite politik negeri.
Tak terkecuali dengan apa yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas indikasi dugaan kecurangan di Pilpres 2024.
Feri mengaku dirinya punya banyak ketakutan.
Tapi lebih penting kata dia, menyelamatkan demokrasi dari ambang kerusakan dan kepincangan seperti yang kemungkinan terjadi di masa pemerintahan berikutnya.
Dia lebih khawatir dengan nasib anak-anaknya kelak jika harus hidup di tengah demokrasi yang sudah rusak.
“Badan saya gede, banyak ketakutan saya. Tapi kita mestinya lebih takut dengan demokrasi yang rusak dan pincang. Saya berpikir anak saya akan bisa apa kalau demokrasinya rusak,” kata Feri dalam wawancara khusus dengan Tribun Network, di Studio Tribun Network, Palmerah, Jakarta Pusat, Jumat (19/4/2024).
“Anak saya bisa berprestasi seperti apa. Apakah anak saya bisa diberikan kesempatan yang sama untuk jadi calon wakil presiden kalau bapaknya bukan presiden,” lanjut dia.
Feri kemudian mencontohkan kepincangan demokrasi dalam pelaksanaan Pilpres 2024, di mana seorang anak presiden bisa punya jalan yang mulus menjadi wakil presiden.
Pertarungan Pilpres 2024 juga dinilai tidak adil karena salah satu kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden, dibeking oleh presiden yang sedang menjabat.
Sehingga dirinya tidak bisa membayangkan mungkinkah di tengah demokrasi yang tidak fair seperti ini, seorang anak yang miskin dan berasal dari keluarga kampung bisa berjuang serta punya kesempatan yang sama dalam pertarungan politik kelak.
Baca juga: Raja Antoni: Hanya di Era Jokowi Sertifikasi Tanah Wakaf Mencapai 21.462 Bidang Pertahun
“ni sepertinya bukan soal berani atau takut. Ini soal kita mau berpihak kepada yang mana kalau saya belajar konstitusi ceritanya berbeda dengan apa yang terjadi,” ungkap dia.
Ia menyampaikan sikap yang dipegangnya saat ini bukan karena berani, tapi terpaksa melawan demi mewujudkan demokrasi yang adil dan memberikan kesempatan bagi semua.
“Jadi lebih kepada terpaksa saja karena kalau lawan orang-orangnya Pak Jokowi di sekelilingnya saya juga takut. Sampai hari ini saya tidak dapat mendefinisikan berani atau tidak,” pungkas Feri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.