10 Puisi Joko Pinurbo, Sastrawan Indonesia yang Meninggal Dunia Hari Ini
Joko Pinurbo meninggal dunia hari ini pukul 06.03 WIB di RS Panti Rapih Jogja. Berikut ini 10 puisi populer Joko Pinurbo.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini 10 puisi karya Joko Pinurbo, sastrawan Indonesia yang meninggal dunia hari ini, Sabtu (27/4/2024), sekitar pukul 06.03 WIB.
Joko Pinurbo meninggal dunia di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.
Sastrawan tersebut meninggal dunia karena sakit pernapasan dalam usia 61 tahun, seperti diberitakan TribunJogja.
Untuk mengenang beliau, berikut ini 10 puisi Joko Pinurbo yang dirangkum oleh Tribunnews.com dari TribunJateng.com dan Sripoku.com.
Suara Drumben Dini Hari
Dengan apa kau merindukan Yogya?
Dengan suara drumben yang muncul dini hari.
Yang dimainkan entah oleh siapa. Yang tak jelas
di mana. Yang bila aku di barat, ia di timur;
bila aku di selatan, ia di utara. Yang aku datangi
dan aku cari, tapi tak ada. Seperti perasaan
yang tak memerlukan bukti. Seperti cinta
yang tak mau ditangkap dan dimiliki.
Justru
"Salahnya sendiri, suka usil bermain kata, merakitnya
menjadi boneka yang seringainya justru membuat ia
takut setengah mati, kemudian bersembunyi di kamar
mandi, padahal di kamar mandi ada dedengkot boneka
yang lebih rumit seringainya, yaitu tubuhnya sendiri"
Jalan Tuhan
Ada sebuah kampung yang tersohor di seluruh
penjuru kota karena jalan yang melintasinya
diberi nama Jalan Tuhan. Jika kau naik ojek, bilang saja
mau ke Jalan Tuhan, maka tukang ojek langsung tahu
alamat yang kautuju. Di kampung itu kau harus siap
diperiksa oleh orang-orang mahabenar, ditanya
apa agamamu, seberapa tinggi kadar imanmu, seberapa
rutin ibadahmu, apa jenis kelaminmu, apa makanan
dan minumanmu. Kau wajib mematuhi tata tertib
yang mengatur tentang bagaimana seharusnya dirimu
berhubungan dengan Tuhanmu. Selanjutnya kau akan
diberi obat anti ini anti itu. Apa yang diharamkan
oleh manusia tidak boleh dihalalkan oleh....
Suatu malam Tuhan jalan-jalan ke kampung itu. Ia
berhenti di depan gerbang dan tersenyum melihat
plang bertuliskan Jalan Hantu. Ia segera berbalik arah,
mencari jalan lain yang terang dan tidak seram.
2016
Baca juga: 7 Puisi Hari Kartini 2024 yang Penuh Semangat Perjuangan
Celana, 1
Ia ingin membeli celana baru
buat pergi ke pesta
supaya tampak lebih tampan
dan meyakinkan.
Ia telah mencoba seratus model celana
di berbagai toko busana
namun tak menemukan satu pun
yang cocok untuknya.
Bahkan di depan pramuniaga
yang merubung dan membujuk-bujuknya
ia malah mencopot celananya sendiri
dan mencampakkannya.
“Kalian tidak tahu ya
aku sedang mencari celana
yang paling pas dan pantas
buat nampang di kuburan.”
Lalu ia ngacir
tanpa celana
dan berkelana
mencari kubur ibunya
hanya untuk menanyakan:
“Ibu, kausimpan di mana celana lucu
yang kupakai waktu bayi dulu?”