Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belajar dari Musibah Kecelakaan Maut di Subang, Pengamat: Study Tour Sekolah Mesti Dievaluasi

Petaka maut study tour SMK Lingga Kencana Depok berujung pada pengecaman dari berbagai lapisan masyarakat karena menghilangkan belasan nyawa.

Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Belajar dari Musibah Kecelakaan Maut di Subang, Pengamat: Study Tour Sekolah Mesti Dievaluasi
Tribun Jabar/Deanza Falevi
Petugas mengevakuasi bus pariwisata maut PO Trans Putera Fajar pengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, yang mengalami kecelakaan di tanjakan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu malam, 11 Mei 2024. Bus tersebut bermerek Hino bermesin depan tipe AK1JRKA milik PT Jaya Guna Hage dengan nomor polisi wilayah Wonogiri, Jawa Tengah, AD 7524 OG. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ashri Fadilla

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Petaka maut study tour SMK Lingga Kencana Depok kini mendapat kecaman dari berbagai lapisan masyarakat karena menghilangkan belasan nyawa.

Banyak pihak mengecam bahwa kegiatan study tour harus dihentikan dari sekolah-sekolah di Indonesia lantaran dianggap berisiko, memberatkan, dan kurang bermanfaat.

Namun Executive Director Center for Education Regulations & Developent Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menilai bahwa kegiatan study tour tak dapat dilihat secara hitam-putih, alias sebatas benar dan salah.

"Kita enggak bisa ngelihatnya hanya hitam dan putih gitu, artinya ini boleh itu gak boleh, ini baik atau buruk. Tergantung dari desain awalnya gimana, apa yang mau dibuat," kata Indra saat dihubungi, Minggu (12/5/2024).

Di satu sisi, kegiatan tersebut memang berpotensi dimanfaatkan untuk menggali keuntungan komersial bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Oknum-oknum tersebut biasanya mengambil keuntungan dengan membebankan biaya mahal dalam kegiatannya.

Berita Rekomendasi

"Ada yang memang untuk kepentingan oknum-oknum pejabat sekolah, kepentingan komersial, nyari duit. Kalau itu saya tolak," ujarnya.

Selain keuntungan pribadi bagi oknum-oknum, tak jarang praktik kegiatan seperti study tour dilakukan untuk menutupi anggaran sekolah yang kurang.

Hal itu layaknya tambal sulam anggaran untuk operasional sekolah.

Padahal, orang tua/ wali murid kerap diberatkan dengan harga kegiatan yang harus dibayarkan.

"Banyak sekarang sekolah, termasuk sekolah negeri, itu mengadakan study tour tujuannya adalah dari sisi komersial, buat cari duit. Dan itu sering memberatkan orang tua. Entah untuk nutupi angaran-anggaran yang enggak ketutup, banyak kegiatan yang enggak bisa dibayarkan," ujar Indra.

Jika kegiatan study tour dibuat dengan tujuan komersil seperti itu, maka jelas tidak dibenarkan.

Sebab sudah pasti pihak sekolah akan mencari harga vendor termurah untuk menunjang kegiatan tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas