Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Meninggalnya Taruna STIP, Pengamat: Titik Awal Evaluasi Proses Penerimaan Taruna Baru

Pengamat transportasi mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan terkait dengan meninggalnya salah satu taruna STIP.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Kasus Meninggalnya Taruna STIP, Pengamat: Titik Awal Evaluasi Proses Penerimaan Taruna Baru
Kompas.com/ Yohanes Valdi Seriang Ginta
Ni Nengah Rusmini, ibu dari taruna tingkat STIP, Putu Satria Ananta Rastika (19), saat meratapi kepergian putranya di depan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendatangi rumah duka di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, pada Kamis (9/5/2024). 

BHS menekankan bahwa seluruh pihak yang terkait dengan pendidikan pelayaran ini, harus menyadari bahwa ekspektasi yang diharapkan dari lulusan STIP adalah sosok komplit, yang siap secara jasmani maupun kecerdasan otak.

"Jadi harus ada pemahaman bahwa anak yang mau masuk STIP itu harus siap fisiknya. Dan ini disahkan dengan dipergunakannya tes jasmani setara tes masuk TNI, saat proses seleksi calon taruna STIP. Kan mereka itu, saat lulus harus kuat, bertahan di tengah gelombang laut, bisa bereaksi cepat saat ada kejadian, mampu berenang di kondisi laut yang buruk, ya bisa dikatakan layaknya seorang TNI AL tapi tanpa senjata," ujarnya lagi.

Ia mengharapkan bisa dilakukan evaluasi secara menyeluruh sistem penerimaan taruna STIP, untuk memastikan kesiapan setiap taruna dalam menjalani pendidikan di STIP.




"Dengan adanya kesiapan fisik, diharapkan tidak ada insiden serupa di masa depan. Kalau pun, ini saya tekankan sekali, seorang taruna mengalami gangguan kesehatan, ya dia harus sampaikan ke seniornya untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut. Jadi, potensi insiden serupa bisa dihindarkan," kata BHS lagi.

Terakhir, politisi Gerindra ini menekankan bahwa perlu dipahami oleh semua pihak bahwa kesiapan fisik, mental hingga kecerdasan seorang Taruna STIP adalah karena beratnya beban yang harus ditanggung oleh para taruna itu saat memasuki wilayah kerjanya nanti.

"Saat mereka terjun ke lapangan nanti, pertama, mereka akan menjaga masyarakat yang menggunakan transportasi laut. Ini jumlahnya tidak sedikit. Bisa jutaan orang dalam setahun. Kedua, mereka harus menjaga aset logistik yang ada dalam kapal, yang nilainya bisa miliaran. Dan ketiga, saat mereka berada di perairan internasional, kapal itu akan menjadi representasi dari negara. Sehingga mereka akan menjadi garda penjaga wilayah negara. Seberat itu lah beban yang ada di pundak mereka. Jadi, benar-benar butuh kesiapan. Bukan hanya sekedar pintar, tapi juga kuat mental dan kuat fisik," katanya.

BERITA TERKAIT
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas