Bicara di Forum WWF ke-10, Kepala BMKG Ingatkan Pentingnya Sistem Peringatan Dini Bencana
Ia kemudian mencontohkan ketidakberdayaan Indonesia dalam menghadapi gempa dan tsunami yang menyapu Aceh pada 2004 silam.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyerukan pentingnya alarm peringatan dini untuk melindungi masyarakat dari bencana alam yang disebut frekuensinya meningkat.
Seruan ini disampaikan Dwikorita dalam diskusi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, pada Rabu (22/5/2024).
Ia menyatakan early warning system atau sistem peringatan dini bencana alam masih punya banyak ketimpangan bahkan ketidakadilan, karena tak semua mendapat akses yang setara terhadap peringatan dini tersebut.
“Harus diakui bahwa early warning system atau peringatan dini saat ini masih banyak ketimpangan bahkan injustice atau ketidakadilan, di mana tidak semua mendapatkan akses yang equal terhadap early warning for all tersebut,” kata Dwikorita dalam keterangan rilisnya, Kamis (23/5/2024).
Baca juga: Muara Enim Dilanda Banjir, Sebanyak 6.605 Jiwa Terdampak
Ia kemudian mencontohkan ketidakberdayaan Indonesia dalam menghadapi gempa dan tsunami yang menyapu Aceh pada 2004 silam.
Saat itu Indonesia tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami, sehingga jumlah korban amat banyak. Namun bencana itu menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih canggih dan efektif.
BMKG menjelaskan bahwa sistem peringatan dini merupakan hal penting dalam mengurangi risiko bencana. Namun sayangnya banyak penduduk dunia yang belum bisa menjangkau akses ke sistem peringatan dini tersebut sehingga rentan menjadi korban.
“Bumi dan seluruh penduduknya menghadapi bahaya dari dampak besar perubahan iklim. Frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem terus meningkat di seluruh penjuru bumi sehingga sistem peringatan dini untuk semua ini menjadi sebuah kebutuhan mendesak dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terus menerus,” ungkap Dwikorita.